LOKAWARTA.COM-Belum ada seorang imam bertugas di satu paroki lebih lama dari Romo Ambrosius Adiwardaya Pr.
Dia bertugas di Gereja Paroki Santa Perawan Maria Tak Bercela, Nanggulan Kulon Progo DIY selama duapuluh dua tahun. Dia sangat menikmati tugasnya sebagai romo paroki desa, pinggiran dan jauh dari hiruk pikuk kota besar.
Ia akrab dengan umat, dicintai dan diterima semua orang. Pergaulannya luas dan supel dalam membawakan diri. Ia senang menolong orang-orang yang sedang mengalami kesusahan.
Banyak orang dicarikan pekerjaan di kota-kota besar. Mereka yang putus sekolah dibantu agar bisa melanjutkan studinya. Ia bikin sekolah untuk anak-anak yang drop out.
Pastorannya tidak pernah sepi, karena banyak orang datang minta dibantu. Dia punya hati bagi umat yang sedang berbeban kesulitan, pun pula mau mendengarkan rekan-rekan imam yang bermasalah. Ada teman imam yang keluar terus dibantu untuk bisa hidup mandiri dan berhasil.
Kepeduliannya sangat besar terhadap orang kecil dan menderita. Hatinya sangat terbuka untuk menerima siapa pun. Ia siap berusaha membantu sekuat tenaga demi keberhasilan orang lain. Berada di dekatnya berasa tenang, damai, dihargai dan dicintai.
Membayangkan Romo Adiwardaya seperti menghadirkan kembali hidup dan semangat Santo Vincentius de Paul (1581-1660). Ia dikenal sebagai pembaharu dalam Gereja Katolik dan dijuluki “Bapak bagi kaum miskin.”
Vinsentius adalah tipe pastor desa yang suka “blusukan” berkunjung ke umat yang miskin dan sederhana. Ia pribadi yang tidak lupa akan asal usulnya. Ia berasal dari keluarga miskin dan ditahbiskan untuk melayani yang miskin.
Ada lho yang lupa asal usulnya. Bagaimana Gereja mau dekat dengan orang miskin, kalau gaya hidup para imamnya glamour dan elite, bangunannya megah dan fasilitasnya top executive?
Kita mesti kembali pada semangat hidup Santo Vincentius. Spiritualitasnya menginspirasi Suster Teresa dari Kalkuta untuk melayani orang-orang miskin.
Karya Gereja akan relevan dan signifikan jika sungguh-sungguh berpihak pada yang kecil dan miskin. Jika tidak, bersiaplah Gereja akan ditinggalkan orang.
Kita diingatkan kembali akan perutusan Yesus kepada para murid-Nya; “Jangan membawa apa-apa dalam perjalanan, jangan membawa tongkat atau bekal, roti atau uang, atau dua helai baju.”
Beranikah kita lepas bebas dan mengandalkan penyelenggaraan Tuhan semata? Marilah kita renungkan bersama.
Pergi ke mall ingin membeli jas
Bayarnya harus pakai uang kertas
Jadi gembala pengin popularitas
Belum kerja sudah minta fasilitas
Cawas, belajar hidup seadanya
Puncta : 27.09.23
Alexander Joko Purwanto Pr
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : | sesawi.net |