SURAKARTA, LOKAWARTA.COM – Solo Safari telah mencapai usia 2 tahun pada tanggal 27 Januari 2025. Tak sekedar sebagai destinasi wisata Solo tetapi juga sebagai konservasi perwujudan keseimbangan alam dan manusia.
Tujuan itu sesuai dengan Tema HUT ke-2 Solo Safari yakni Dwii Birama Lastari yang artinya semangat dan keberanian Solo Safari dalam menghadapi tantangan dan mencapai cita-cita serta komitmen untuk menjadi sumber harapan bagi masyarakat.
Hal itu diungkapkan oleh General Manajer (GM) Solo Safari Yustinus Sutrisno dalam acara Luncheon & Appreciation 2nd Anniversary of Solo Safari di Makunde Resto, Kamis (30/1/2025).
“Tema Dwii Birama Lastari mencerminkan perjalanan Solo Safari dalam dua tahun ini adalah awal dari ritme atau harmoni berbagai elemen di Solo Safari yang akan terus berkelanjutan untuk melestarikan alam,” tutur Yustinus Sutrisno.
Pihaknya berharap, semoga Solo Safari makin berkembang dan lebih baik lagi ke depan hingga bisa menjadi ikon tidak hanya di kota Surakarta (Solo) atau Provinsi Jawa Tengah (Jateng) saja tetapi dikenal lagi di Indonesia terutama menarik turis-turis asing.
“Terima kasih atas support dan doanya sehingga Solo Safari bisa eksis hingga hari ini,” kata Yustinus Sutrisno.
“Kita tidak mau diam di tempat terus, melainkan harus berkembang dan berubah. Kita ingin berdampak untuk masyarakat Solo,” lanjutnya.
Salah satu dampak positif Solo Safari yang dirasakan adalah membuka lapangan kerja bagi masyarakat Solo dan sekitarnya.
“Di Solo Safari yang bekerja juga mayoritas masyarakat Solo. Ini benar-benar dampak yang dirasakan, kolaborasi dengan pemerintah daerah,” tandas Yustinus Sutrisno.
Direktur perumda Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) Ahmad Syukri Prihantono menegasksan bahwa Taman Jurug mau tidak mau harus berubah, bertransformasi dan melakukan revitalisasi sehingga hari ini Taman Jurug berbeda dari 2 tahun yang lalu.
“Solo Safari hari ini adalah buah hasil dari sebuah proses transformasi dan revitalisasi yang berhasil merubah Jurug yang lama menjadi sebuah kebun binatang yang modern,” urai Ahmad Syukri Prihantono.
“Tidak hanya kebun binatang yang menjadi kebanggaan warga Solo tapi menjadi destinasi wisata nasional karena Solo Safari itu bagian dari Taman Safari Group. Tidak ada sesuatu yang membedakan. Satwa-satwa di sini sama sehatnya dengan yang ada di Taman Safari yang lain,” paparnya.
Ahmad Syukri Prihantono mengungkap, Solo Safari memberikan sumbangsih pajak daerah terbesar di kota Solo. Solo Safari juga merupakan destinasi wisata kedua terbanyak pengunjungnya di kota Solo setelah Masjid Syekh Zayyed.
“Solo Safari ini merupakan prestasi yang luar biasa di usia yang sudah tua Solo Safari menjadi kebanggaan kita semua,” ujarnya.
Di kesempatan yang sama, Senior Vice President Marketing Taman Safari Indonesia Group Alexander Zulkarnain menyatakan bahwa Solo Safari ini merupakan upaya partisipatif dan kolaboratif bersama sehingga harus dirawat dan dijaga bersama.
“Ini bukan hanya upaya Taman Safari tapi juga semuanya. Dari hasil riset Solo Safari kini menjadi destinasi utama tak hanya warga Jateng tapi juga Jatim. Bahkan warga Jakarta yang pulang ke Solo,” ungkap Alexander Zulkarnain.
Pihaknya menambahkan bahwa Taman Safari dalam pengelolaannya, mengedepankan konsep NAH yakni nature (alam), animal (satwa), dan human (manusia).
“Sehingga Solo Safari bukan hanya taman satwa atau tempat destinasi wisata tapi tempat konservasi untuk belajar dan riset. Kami mohon upaya ini dilanjutkan agar berkembang bersama,” pungkas Alexander Zulkarnain.
Editor | : | Arumi Chan |
---|---|---|
Sumber | : |