Hanya bilik bambu
Tempat tinggal kita
Tanpa hiasan, tanpa lukisan…
KETIKA menciptakan lagu berjudul “Rumah Kita”, musisi Ian Antono dan jurnalis Theodore KS hanya ingin menggambarkan bahwa rumah itu adalah “surga” bagi penghuninya.
Meski rumah itu sederhana, terbuat dari bambu, beratap jerami, beralas tanah, dan berpagar alang-alang, tapi rumah tersebut memberi kenyamanan bagi para penghuni.
Tidak hanya sebagai tempat berteduh, tapi juga sebagai tempat berinteraksi dan sendau gurau bagi anggota keluarga, sebagai tempat mendapatkan solusi kalau ada masalah.
Makanya, ketika salah satu anggota keluarga, baik itu suami, istri, maupun anak tidak betah tinggal di rumah dan memilih tempat lain untuk mendapat kenyamanan, ada apa dengan rumah itu ada apa dengan keluarga itu.
Belakangan lagu Rumah Kita yang dinyanyikan vocalis God bless Ahmad Albar itu viral di media sosial, banyak anak-anak generasi Z menyanyikan lagu Rumah Kita, kendati sudah terpaut hampir 4 dekade sejak diciptakan tahun 1988.
Berikut lirik lagu Rumah Kita yang dinyanyikan Ahmad Albar :
Hanya bilik bambu tempat tinggal kita
Tanpa hiasan, tanpa lukisan
Beratap jerami, beralaskan tanah
Namun, semua ini punya kita
Memang semua ini milik kita sendiri
Hanya alang-alang pagar rumah kita
Tanpa anyelir, tanpa melati
Hanya bunga bakung tumbuh di halaman
Namun, semua itu punya kita
Memang semua itu milik kita
Haruskah kita beranjak ke kota
Yang penuh dengan tanya?
Lebih baik di sini
Rumah kita sendiri
Segala nikmat dan anugerah Yang Kuasa
Semuanya ada di sini
Rumah kita (*)
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : |