7 (Tujuh)

10 Februari 2024, 08:10 WIB

Puncta 10.02.24

BANYAK orang punya anggapan bahwa angka 7 adalah angka istimewa. Di dalam agama dan banyak budaya, angka tujuh memang punya makna tertentu.

Di Jawa, angka tujuh disebut “pitu” yang bermakna “pitulungan” atau pertolongan.

Syukuran bayi di dalam kandungan diadakan setelah 7 bulan atau “mitoni.”. Begitu juga seorang anak akan mulai menapakkan kakinya di tanah setelah umur 7 bulan. Ini disebut ritual “tedhak siten.” Ada doa 7 hari setelah kematian.

Di China angka 7 dihubungkan dengan kehidupan gadis. Gigi susu seorang gadis tumbuh pada usia 7 bulan dan lepas pada usia 7 tahun.

Dua kali 7 tahun seorang anak gadis mulai masa puber. Tujuh kali 7 tahun seorang perempuan akan mulai menopause.

Angka 7 dipercaya sebagai angka sempurna, keberuntungan dan penuh makna. Mungkin itu juga yang membuat Ronaldo memilih angka 7 sebagai nomor punggungnya sehingga ia selalu memperoleh keberuntungan.

Dalam Kitab Kejadian, kisah penciptaan selesai pada hari ketujuh. Hari ketujuh itu dikuduskan bagi Tuhan sampai sekarang. Sesudah 7 x 7 tahun diadakan tahun Yobel atau tahun pembebasan.

Dalam Kitab Wahyu, Yohanes banyak menulis angka tujuh. Ada tujuh gereja, tujuh sangkakala, tujuh meterai, tujuh cawan dan malaikat.

Gereja Katolik memiliki 7 sakramen keselamatan yakni Baptis, Ekaristi, Pengampunan dosa, Krisma atau penguatan, Imamat, Perkawinan dan Minyak Suci.

Dalam Injil hari ini Yesus membuat mukjizat dengan menggandakan tujuh roti. Dari ketujuh roti itu ada sisa berjumlah tujuh bakul.

Kisah ini menggambarkan peristiwa ekaristi. Yesus mengambil roti, mengucap syukur dan memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid untuk dibagi-bagikan. Ekaristi adalah sakramen gereja.

Ada tujuh sakramen dalam gereja. Ekaristi adalah sakramen dimana Yesus memberikan diri-Nya bagi keselamatan kita.

Jika hidup kita disemangati oleh ekaristi, maka kita juga tidak segan untuk berbagi. Roti yang dibagi itu melambangkan hidup Kristus yang diberikan kepada manusia agar memperoleh kehidupan dan keselamatan.

Kita juga diajak meniru para murid yang rela memberikan roti hidupnya untuk dibagikan kepada orang lain. Yesus mengajari kita untuk rela berbagi kepada sesama.

Seperti pada tahun baru Imlek ini, kita juga diajak berbagi kebahagiaan kepada keluarga dan tetangga-tetangga kita.

Memberi “angpao” adalah tanda semangat berbagi kemakmuran dan kebahagiaan. Semoga kita suka berbagi dengan mereka yang berkekurangan.

Bagi saudara dan sahabat yang merayakan Tahun Baru Imlek, “Gong Xie Fat Chai. Semoga tahun Naga kayu ini membawa kemakmuran, kebahagiaan, kesejahteraan dan kedamaian bagi kita semua.

Pergi ke Pasar baru
Makan nasi cap jay
Selamat tahun baru
Gong Xie Fat Cai

Cawas, selamat tahun baru Imlek bagi yang merayakan
Alexander Joko Purwanto Pr

Editor:Vladimir Langgeng
Sumber:sesawi.net

Artikel Terkait