A Leader Is Not A Dealer

23 Oktober 2024, 10:10 WIB

PITUTUR atau wejangan yang diberikan oleh Begawan Kesawasidi kepada Arjuna dalam lakon Makutarama sangat indah, penuh makna serta mendalam.

Ajaran yang diberikan adalah tentang delapan watak ideal pemimpin atau “Hasta Brata”. Justru keindahannya itulah yang sulit dicerna sebagai tuntunan di dalam melaksanakan tugasnya. Mudah diucapkan , namun sulit diterapkan dalam tataran praksis.

Hasta Brata tersebut meliputi delapan watak atau laku, yakni :

  1. Matahari, yang panas, penuh energi dan daya hidup.
  2. Bulan, indah dan menjadi penerang dikala gelap.
  3. Bintang, indah menghias malam sepi, bisa menjadi kiblat.
  4. Angin, mengisi kekosongan dalam ruang sesempit apapun.
  5. Mendung, kelihatannya menakutkan karena berwarna hitam, tetapi setelah turun menjadi hujan dapat menghidupi.
  6. Api, membakar semuanya tidak pilih kasih .
  7. Samudra, luas tanpa batas, menerima apa saja, berwawasan luas, legawa.
    8 Bumi, berwatak sentosa, suci.

Dari uraian tersebut, maka sesungguhnya menjadi seorang pemimpin ideal tidaklah mudah. Dengan demikian jangan gegabah untuk punya keinginan meraih jabatan setinggi itu. Setiap orang memiliki cita-cita, bahkan kata Bung Karno : Gantungkan cita-citamu setinggi langit.

Yang harus diingat ialah cara meraih cita-cita tersebut melalui proses, diikuti laku prihatin yang tulus tanpa mengeluh. Pragmatisme dan jalan pintas harus dihindari, apalagi menabrak aturan dan merubah “paugeran ” yang telah disepakati.

Menjadi pemimpin tidak diperoleh secara instant, tiba-tiba, “ujug-ujug” (mendadak), karbitan, melainkan harus berjenjang mulai dari bawah sampai mencapai puncak (ultimate goal).

Bisa saja diawali dari “jagad cilik” sebagai training field-nya kemudian menapak kearah yang lebih luas atau “jagad gedhe”, yaitu dunia publik.
Contoh “cagad cilik” misalnya dari keluarga, komunitas lingkungan terbatas (RT, RW), komunitas sekolah, komunitas budaya, olah raga, dan lain sebagainya.

Dalam teori manajemen modern, seorang pakar yang mendalami masalah kepemimpinan bernama John Adair, mengatakan, kualitas kepemimpinan dapat dilihat dari beberapa kriteria. Antara lain, tegas, betintegritas, memiliki antusiasme, imajinatif, kreatif, pekerja keras, mampu menghadapi kesulitan, mampu beradaptasi dengan perubahan secara cepat dan berani mengambil risiko.

Selanjutnya dalam bukunya
Pembinaan Kebangsaan Indonesia ( PT Kuaternita Adidarma, Desember, 2005 ), RM Sunardi menjelaskan definisi Kepemimpinan sebagai berikut :

Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk membangkitkan dan mengarahkan individu atau kelompok agar berusaha sebaik-baiknya guna mencapai hasil dan tujuan. Dengan demikian selalu berkaitan dengan konteks, ada pemimpin, ada yang dipimpin dan ada hasil yang akan dicapai baik secara individu maupun bersama-sama.”

Bagi yang dipimpin tentu mengharap masa depan yg lebih baik, oleh karena itu pemimpin harus visioner punya kemampuan menembus cakrawala dalam kurun waktu lebih dari 10 tahun.

Di era global penuh tantangan yang kompleks ini, yang dibutuhkan adalah pemimpin yang demokratis, , partisipatif, egaliter, toleran sekaligus mau mendengar aspirasi rakyat yang dipimpinnya. Lalu, mengetengahkan keadilan, membangun harmonisasi, menjauhi konflik yg dapat melahirkan disintegrasi bangsa.

Apabila kita menyimak lebih seksama maka menjadi pemimpin dituntut menguasai nilai-nilai yang berkembang berdasarkan kearifan lokal dipadu dengan kemajuan zaman yang dinamis tidak terhindarkan.
Pemimpin yang baik tidak akan pernah terjebak pada perilaku transaksional yang akan meruntuhkan kewibawaannya sendiri.

Semoga kita rakyat Jawa Tengah yang memiliki kecerdasan tinggi, kebeningan hati serta kemantapan ideologi mampu memilih sosok pemimpin sebagaimana ajaran HASTA BRATA.

Semarang 16 Oktober 2024
Oeoel Djoko Santoso

Editor:Vladimir Langgeng
Sumber:

Artikel Terkait