A Shoulder To Cry On

7 Desember 2022, 06:01 WIB

Puncta 07.12.22
PW Santo Ambrosius, Uskup dan Pujangga Gereja
Matius 11: 28-30

TIDAK terpikir sebelumnya bahwa Ambrosius (339-397) akan terpilih menjadi uskup di Milan, Italia. Awal karier Ambrosius adalah seorang politisi ulung di Milan.

Ia adalah ketua DPRD-nya kota Liguria dan Emilia. Bakat kepemimpinan diturunkan dari ayahnya yang seorang gubernur (prefect) Romawi di Gallia.

Ambrosius dipilih menjadi uskup secara aklamasi orang rakyat yang sedang berkumpul di depan balaikota.

Waktu itu ada pertentangan di dalam gereja antara kelompok Trinitarian dan Arian. Mereka saling berebut pengaruh di tengah umat.

Tiba-tiba ada seorang berseru di tengah kerumunan; “Ambrosius uskup.” Sontak seluruh rakyat langsung menyambut dengan gegap gempita, mengharapkan Ambrosius ditahbiskan menjadi uskup. Atas desakan kaisar akhirnya Ambrosius menerima tugas itu.

Hidup dan karyanya diabdikan untuk Tuhan dan jemaat. Ia disejajarkan dengan tokoh-tokoh besar Gereja Barat. Bersama-sama dengan Santo Agustinus dari Hippo, Santo Hieronimus, dan Santo Gregorius Agung, ia dianggap sebagai empat doktor Gereja Barat dalam Sejarah Gereja kuno.

Ambrosiuslah yang kemudian berhasil mengubah hidup Agustinus, dari seorang atheis menjadi percaya kepada Kristus, dari seorang bejat menjadi orang kudus.

Agustinus pernah menulis tentang Uskup Ambrosius, “Bukan karena homilinya yang hebat, atau ajaran teologisnya yang cakap, tapi aku mendapat teladan hidup dari Injil Tuhan karena kelembutan dan keramahan pribadinya. Ia seperti seorang bapak yang penuh kasih merangkul anak yang hilang.”

Ambrosius melaksanakan sabda Yesus yang berkata, “Datanglah kepada-Ku, kalian semua yang letih lesu dan berbeban berat. Aku akan memberikan kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati.”

Keramahan, kelemah-lembutan, kebapaan Santo Ambrosius meluluhkan kedegilan dan kebobrokan Agustinus. Karena teladan dan penerimaan Santo Ambrosius, maka Agustinus bertobat dan dibaptis. Ia kemudian menjadi tokoh besar dan berpengaruh di dalam Gereja.

Yesus membuka tangan bagi siapa saja yang mau datang kepada-Nya. Siapa pun kita, tanpa pandang bulu diterima dengan kelembutan dan sukacita.

Hospitality atau keramah-tamahan dapat menjadi pintu masuk bagi kita untuk menerima siapa pun tanpa memandang latar belakangnya.

Yesus juga menawarkan diri menjadi tempat yang nyaman untuk meringankan beban dari keletihan dan kelesuan.

Seperti lirik lagu A Shoulder to Cry On milik Tommy Page, Yesus juga berkata, “Aku ada di sisimu saat engkau membutuhkan bahu untuk bersandar sejenak karena beban hidupmu yang berat. Datanglah kepada-Ku kalian semua…….”

It’s so hard to know the way you feel inside,
When there’s many thoughts and feelings that you hide,
But you might feel better if you let me walk with you by your side,

And when you need a shoulder to cry on,
When you need a friend to rely on,
When the whole world is gone,
You won’t be alone, cause I’ll be there,
I’ll be your shoulder to cry on,
I’ll be there,
I’ll be a friend to rely on,
When the whole world is gone,
you won’t be alone, cause I’ll be there.

Memancing di sungai mendapat ikan sepat.
Sambil terkantuk-kantuk duduk di atas perahu.
Jika malam jadi gelap dan hidup terasa berat,
Yesus selalu berkata, “Datanglah kalian yang letih lesu.”

Cawas, I’ll be there for you…
RD A Joko Purwanto Pr

Editor:Vladimir Langgeng
Sumber:

Artikel Terkait