LOKAWARTA.COM,SOLO-Kauman Solo ternyata punya sejarah panjang soal kuliner. Padahal selama ini, kawasan yang berada di seputar Keraton Surakarta itu dikenal sebagai pusat syiar agama Islam dan pusat batik.
Sebuah peta buatan pemerintah Hindia-Belanda tahun 1890 menunjukan bukti-bukti sekarah kuliner di Kauman. Dalam peta itu di kawasan Kauman ada kampung bernama Baladan. Namun saat ini, nama kampung itu sudah tidak ada, sudah berubah.
“Dari literasi yang saya baca, baladan atau mbaladan adalah tempat di mana warga setempat membuat kue atau jajanan,” kata ketua paguyuban Kampung Batik Kauman, Gunawan Setiawan, sambil menunjukkan peta yang dimaksud.
Hal itu dikatakan di sela pembukaan Pelatihan Sukses Mengembangkan Produk Kuliner Berkualitas Tinggi untuk Komunitas Kuliner Halal Kauman, Selasa (11/10/2022), yang difasilitasi Kantor Perwakilam Bank Indonesia Solo.
Untuk membangkitkan kembali kuliner di Kauman, saat ini warga setempat tengah menginventarisasi makanan atau jajajan yang bisa dijadikan ikon kuliner Kauman. Dari inventarisasi itu, ada dua nama yang mengerucut, yakni ampyang dan sosis Solo.
Dua jajanan itu ada kaitan atau hubungan sejarah dengan masyarakat setempat. “Sederhananya, kalau di Semarang ada lumpia dan di Jogja ada bakpia, kira-kira di Kauman juga ada makanan khas seperti itu,” kata Gunawan Setiawan.
Kepala Kantor Perwakilam Bank Indonesia Solo Nugroho Joko Prastowo mengatakan, pencarian jejak sejarah suatu produk, termasuk produk kuliner sangatlah penting. Narasi dari sejarah itu setidaknya bisa untuk branding atau daya tarik bagi konsumen.
Menurut Joko, wilayah Kauman yang merupakan pusat syiar agama dan berada di seputar kawasan keraton sangat kuat untuk membranding produk makanan.
“Misalnya seperti ini, kalau makan makanan ini bisa cantik seperti puteri keraton. Atau kalau makan makanam ini bisa menjadi orang sholeh, karena sebelum bikin makanan di-doa-in terlebih dulu,” kata Joko.
Sementara itu, Lurah Kauman, Nursalim berharap, Kampung Batik Kauman bisa menjadi jujugan akhir para wisatawan yang melancong ke Solo. Selain belanja batik, wisatawan juga bisa kulineran atau belanja oleh oleh.
“Saya kira di Kauman ini sebenarnya sudah banyak pelaku kuliner meski masih banyak yang kecil-kecil. Kalau demikian, perlu pendampingan agar mereka bisa menjadi besar,” kata Nursalim.(*)
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : |