Agama Embuh

11 Oktober 2022, 08:57 WIB

Puncta 11.10.23

DALAM acara di sebuah panggung, Farel Prayoga, penyanyi cilik yang terkenal dengan lagunya “Aja Dibandingke” membuat pernyataan yang mengejutkan namun juga bijaksana.

Dia ditanya oleh seorang tokoh agama, “Agamamu apa Le?”

Farel Prayoga menjawab, “Embuh” yang artinya gak tahu.

Dia enggan untuk menjawab pertanyaan itu, karena agama adalah masalah privasi setiap orang. Farel tidak mau mengumbar masalah privasi ke tengah publik.

Belum tentu mereka yang beragama hidupnya sesuai dengan ajaran agamanya. Ada yang mengaku beragama tetapi tindak tanduk dan tutur katanya jauh dari nilai-nilai ajaran agama.

Ada yang menyatakan diri sebagai orang beragama tetapi korupsinya menumpuk sampai tujuh turunan.

Tetapi sebaliknya juga ada, orang tidak mau pamer apa agamanya, tetapi peri hidupnya sangat baik kepada semua orang. Tidak membeda-bedakan, sopan santun, sangat menghargai setiap orang, bergaul baik tanpa melihat suku agama atau etnisnya.

Dari Farel Prayoga kita belajar bahwa bukan agama yang penting tetapi peri hidup yang baik kepada semua oranglah yang lebih utama.

Apalah gunanya pamer agama kalau hidupnya menindas orang lain, merampas hak sesamanya, menjelek-jelekkan dan suka kekerasan?

Yesus juga mengkritik cara hidup orang-orang Farisi. Ketika Dia diundang makan di rumah orang Farisi, Yesus dikritik karena tidak mencuci tangan.

Maka Yesus berkata, “Kamu orang-orang Farisi, kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan, tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan.”

Yesus melanjutkan, “Hai orang-orang bodoh, bukankah Dia yang menjadikan bagian luar, Dia juga yang menjadikan bagian dalam? Akan tetapi, berikanlah isinya sebagai sedekah dan semuanya akan menjadi bersih bagimu.”

Yesus menghendaki agar kaum Farisi tidak berlaku munafik. Bersih nampaknya dari luar, tetapi dalamnya penuh dengan kotoran, rampasan dan kejahatan.

Kadang orang terlalu formalistis dalam beragama. Hanya mementingkan yang luarnya saja, biar dilihat dan dinilai sebagai orang saleh, dengan asesoris agama yang bergantungan di seluruh tubuh.

Ada istilah Katolik KTP atau Katolik Napas (Natal dan Paskah). Hal itu mau mengatakan bahwa agama hanya sebagai formalitas belaka.

Agama hanya nampak di KTP atau beragama kalau hari raya Natal dan Paskah. Selain itu tak pernah muncul di gereja. Kelakuannya jauh dari agamanya.

Kita diajak untuk menemukan nilai-nilai dasar dalam beriman dan mewujudkannya dalam tindakan dan peri hidup sehari-hari.

Kita terus berjuang agar beragama tidak berhenti di KTP saja, tetapi harus terwujud dalam peri kehidupan.

Bagaimana kita hormat pada sesama, menghargai orang lain, tulus bergaul dengan siapa pun sebagai saudara.

Hal-hal seperti itulah yang seharusnya nampak dari orang-orang yang mengaku beragama.

Anak kecil bisa berpikir bijaksana,
Agama tidak perlu dipamer-pamerkan.
Kalau kita mengaku diri beragama,
Kita mesti bisa menghargai perbedaan.

Cawas, belajar dari anak kecil…
RD A Joko Purwanto Pr

Editor : Vladimir Langgeng
Sumber : sesawi.net

Artikel Terkait