Puncta 11 Juni 2024
DALAM Kisah Para Rasul, tidak ada kota yang lebih terkenal di luar Yerusalem selain Antiokhia. Kota ini adalah tempat awal misi kekristenan. Dari kota inilah penganut Yesus Kristus untuk pertama kalinya disebut Kristen.
Kota di pinggir laut Tengah yang sangat strategis ini didirikan oleh Seleukus I Nikator sekitar tahun 300 sM. Oleh Pemerintah Romawi dibangun menjadi kota propinsi setelah direbut oleh Pompeius pada tahun 64 sM.
Setelah pembunuhan Stefanus, terjadi penganiayaan orang-orang Kristen. Mereka lari ke Antiokhia. Diakon Nikolaus mewartakan Injil sampai di sana dan banyak orang bertobat.
Barnabas kemudian diutus untuk memimpin jemaat awal disana, karena Barnabas adalah orang yang baik, penuh dengan Roh Kudus dan iman.
Dengan pandangan jauh ke depan, Barnabas menjemput Saulus di Tarsus untuk tinggal dan mengajar di Antiokhia. Selama satu tahun mereka di sana dan karena karya pastoral mereka, murid-murid itu untuk pertama kali disebut Kristen.
Barnabas mengikuti perintah Yesus, “Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang-orang sakit, bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta, usirlah setan-setan.”
Kemurahan hati menjadi semangat mereka yang diutus. “Kamu telah menerima dengan cuma-cuma; karena itu berilah dengan cuma-cuma pula,” pesan Yesus.
Kita semua bisa mengenal Tuhan Yesus awal mulanya karena Barnabas dan Saulus yang pergi kemana-mana mewartakan Injil kepada segala bangsa.
Barnabas menjadi pemimpin yang visioner. Ia mampu melihat potensi Saulus yang luar biasa.
Sementara para pemimpin di Yerusalem “mengucilkan” Saulus karena dia dulu menganiaya jemaat, sehingga Saulus tidak diterima di Yerusalem, dan harus pulang kampung ke Tarsus, Barnabas menjemputnya untuk bergabung di Antiokhia.
Saulus yang “dibuang” dari Yerusalem, diambil oleh Barnabas karena ia melihat Saulus ini cocok berada di Antiokhia, kota yang terbuka dengan aneka macam budayanya. Ada Yahudi, ada Yunani dan ada penduduk Romawinya. Barnabas bisa melihat jiwa yang berkobar-kobar dalam diri Saulus.
Pemimpin yang baik mampu menempatkan orang tepat pada posisinya. Saulus yang baru saja bertobat dan punya jiwa yang menyala-nyala diajak pergi kemana-mana untuk mewartakan Kristus.
Setelah Paulus berkembang dan sukses, Barnabas perlahan-lahan mengundurkan diri. Hal ini nampak dari penulisan nama keduanya. Pada awal mula Barnabas berada di urutan pertama. Di pertengahan Kisah Para Rasul, nama Barnabas ditulis di urutan kedua, setelah Paulus.
Pewarta yang baik, tidak mencari popularitas untuk diri sendiri. Ia memberi kesempatan kepada orang lain untuk berkembang. Ia bergembira jika temannya berhasil di depan, menjadi nomor satu. Ia tidak merasa sakit hati “dilangkahi.”
Mari kita meneladan Santo Barnabas, Rasul: orang yang baik, penuh dengan Roh Kudus dan imannya mendalam kepada Kristus.
“Ing Ngarsa sung tuladha.
Ing Madya mangun karsa.
Tut wuri handayani.”
Cawas, pemimpin yang rendah hati
Alexander Joko Purwanto Pr
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : | sesawi.net |