Apa Rumus Penanganan Pandemi Covid-19?

10 November 2021, 07:25 WIB

LOKAWARTA.COM,JAKARTA-Badan Nasional Penanganan Bencana (BNPB) menginisiasi Anugerah Tangguh Adhiwirasana, sebuah ajang pemberian penghargaan kepada pihak-pihak yang unggul dalam penanganan kebencanaan.

Tema tahun ini adalah Kolaborasi Indonesia Tangguh Bencana yang diharapkan dapat menjadi penyemangat daerah dalam siklus penanganan pandemi COVID-19, serta percontohan bagi daerah lain dalam mengembangkan kolaborasi penanganan bencana.

Hal itu dikatakan Ketua Panitia Anugerah Tangguh Adhiswirasana, I Nyoman Gde Agus Asmara dalam Dialog Produktif Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) – KPCPEN, Selasa (9/11/2021), secara daring melalui channel Youtube.

Adapun tujuan dari Anugerah Tangguh Adhiswirasana itu adalah memberikan apresiasi bagi kepemimpinan kolaboratif dalam menangani kebencanaan. Juga diharapkan menjadi pemicu untuk terus berbenah, belajar, serta menyempurnakan strategi dan hal- hal lain di daerah untuk penanganan Covid-19.

“Sejauh ini, penanganan pandemi covid-19 belum ada rumusnya. Karena itu setiap daerah di Indonesia sampai saat ini terus berproses dalam menangani pandemi secara efektif dan efisien,” kata Nyoman yang juga tim Pakar Satgas Penanganan Covid-19.

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menambahkan, ada beberapa kriteria yang dilihat terkait bagaimana daerah menghadapi kondisi pandemi, terutama kolaborasi lintas sektor menjadi sesuatu yang harus dilakukan di masa pandemi.

“Tidak bisa hanya sektor kesehatan, sementara sektor lain tidak patuh. Saat rem darurat, semua sektor harus melakukan hal serupa. Bagaimana kebijakan pemerintah disikapi masyarakat dengan patuh, bagaimana Pemda mengajak beberapa elemen masyarakat agar memahami penerapan aturan PPKM,” paparnya.

Ia menjelaskan, situasi pandemi di Indonesia makin membaik. Kepatuhan protokol kesehatan juga cukup baik, terutama dalam mengenakan masker. Namun situasi pandemi bukan hanya terkait protokol kesehatan.

“Tetap ada unsur lain seperti bagaimana mobilitas dibatasi, testing atau deteksi dini untuk menemukan kasus positif dan memisahkan dengan masyarakat yang sehat, serta vaksinasi,” ujarnya.

Dalam hal vaksinasi, hingga kini sebanyak 205 juta dosis vaksin sudah disuntikkan. Nadia tidak memungkiri, bahwa masih ada tantangan dalam hal distribusi vaksin ke daerah, baik terkait transportasi dari pusat ke provinsi hingga kabupaten/kota, atau jarak dari tempat tinggal penduduk ke fasyankes terdekat.

Guna meminimalkan tantangan ini, salah satunya, tenaga kesehatan harus berkoordinasi melakukan vaksinasi door to door. Sedangkan untuk daerah yang cakupan vaksinasinya mencapai 60-70% dapat menyisir masyarakat yang masih ragu-ragu untuk divaksin.

“Butuh banyak edukasi untuk meyakinkan mereka agar mau divaksin dengan melibatkan tokoh masyarakat/agama,” ujar Nadia.

Sementara itu dalam hal edukasi, Ketua Dewan Pengawas TVRI, Pamungkas Trishadiatmoko menjelaskan, TVRI sebagai lembaga penyiaran publik memiliki kewajiban meneruskan berita yang kredibel kepada masyarakat guna meminimalkan informasi tidak benar.

“TVRI teratur memberikan informasi tentang perkembangan Covid-19 untuk menyiarkan informasi yang kredibel kepada masyarakat. Termasuk meneruskan informasi prestasi kepahlawanan kepala daerah dan masyarakat dalam menangani pandemi di wilayah masing-masing,” ujarnya.

Itu dilakukan sebagai pendampingan kepada publik, karena media main stream masih dipercaya memberikan berita yang lebih akurat dan bertanggung jawab. Untuk itu TVRI akan terus melakukan literasi media kepada masyarakat di seluruh Indonesia. Edukasi juga dilakukan TVRI melalui media sosial untuk merangkul anak muda.

“Kami sangat mendukung ajang pemberian anugerah ini, karena mengandung banyak berita kebaikan dan kisah kolaboratif dalam inovasi pengendalian pandemi yang dapat lebih digali, kemudian ditularkan kepada publik,” tandasnya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan Kementerian Dalam Negeri, Safrizal ZA mengatakan, meski situasi Covid-19 Indonesia sudah membaik, kewaspadaan tidak boleh dilonggarkan.

“Situasi membaik bukan berarti persoalan sudah hilang. Virus masih ada, makanya tetap waspada tidak boleh lengah. Sejak awal Bapak Presiden katakan kepada kita sistem penanganan yang kita gunakan untuk pandemi adalah strategi gas dan rem,” ujarnya.

Safrizal menyampaikan, dengan kerja sama semua pihak dan memperhatikan situasi yang berkembang, diharapkan bisa tercapai pertumbuhan ekonomi 4% bahkan 5% di akhir tahun 2021. “Kita akan genjot perekonomian namun tetap dengan tingkat kedisiplinan tinggi dan saling melindungi,” ujarnya.

Ia menekankan, meski angka kasus rendah di Indonesia, tapi itu menandakan bahwa Covid-19 masih ada. Karenanya, ketaatan terhadap pembatasan dan protokol kesehatan harus tetap dijaga. Setiap pihak diharapkan bekerja sama berkolaborasi menjaga situasi yang sudah baik, mulai dari pemerintah pusat hingga daerah, TNI Polri, lembaga, termasuk tentu saja masyarakat.

“Kita adalah hero (pahlawan) bagi sesama. Semuanya adalah pahlawan. Kita bisa melindungi orang lain dengan seprotektif mungkin untuk mencegah penularan, sehingga kita bisa lanjutkan aktivitas sosial ekonomi yang sudah mulai pulih,” tuturnya.

Editor:Pilih Nama Editor
Sumber:

Artikel Terkait