Puncta 20.3.24
SETIAP tahun Global Peace Index merilis laporan negara-negara paling aman di dunia. Menurut laporan Global Peace Index 2023, Institute for Economics and Peace (IEP) mengukur tingkat perdamaian suatu negara dari tiga aspek, yakni tingkat keselamatan dan keamanan masyarakat, situasi konflik domestik dan internasional yang berkelanjutan, dan militerisasi.
Sejak dirilis tahun 2008, Islandia menempati urutan pertama sebagai negara teraman dan urutan ketiga sebagai negara yang penduduknya paling bahagia, setelah Finlandia dan Denmark.
Inilah negara-negara paling aman di dunia tahun 2023 menurut Global Peace Index : Islandia, Denmark, Irlandia, New Zealand, Austria, Singapura, Portugal, Slovenia, Jepang, dan Swiss.
Asia Tenggara diwakili oleh Singapura yang masuk sepuluh besar negara teraman. Sedang Indonesia berada di peringkat 53. Di zona Asia Pasifik, Indonesia masuk 12 besar, masih kalah dengan Malaysia, Vietnam, Laos dan Timor Leste.
Mengapa negara-negara yang dianggap sekuler seperti Islandia, Denmark dan daerah Scandinavia justru lebih aman daripada negara-negara yang mengklaim diri religious dan berketuhanan?
Ini pertanyaan reflektif bagi semua orang yang mengaku beragama. Kita belum mampu mewujudkan nilai-nilai agama yang mestinya membawa aman. damai, tentram, dan bahagia.
Bisa jadi diskusi Yesus dengan orang-orang Yahudi dalam perikope hari ini bisa direnungkan. Mungkin bisa membantu menjawab keresahan hati semua orang.
Orang-orang Yahudi secara fanatik mengaku diri sebagai keturunan Abraham. Mereka berkata; “Kami adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi hamba siapapun.”
Fanatisme ini yang mengakibatkan mereka tidak mau membuka diri terhadap nilai-nilai baru tentang mesianitas. Mereka mengangggap diri paling benar dan paling diselamatkan.
Kehadiran Yesus sebagai Mesias yang telah dijanjikan Bapa dan dinubuatkan para nabi tidak mereka terima.
Maka Yesus berkata, “Sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham. Tetapi yang kamu kerjakan adalah berusaha membunuh Aku. Pekerjaan demikian tidak dikerjakan oleh Abraham. Kamu mengerjakan pekerjaan bapamu sendiri.”
Apakah kita sunguh mengerjakan pekerjaan Allah yang menuju keselamatan dan kebahagiaan bersama atau kita mempolitisasi agama dengan menghalalkan segala cara demi kepentingan egois, kelompok dan golongan saja?
Pada bulan yang suci ini, marilah kita renungkan bagaimana cara beragama kita yang benar, yang mampu membawa kemaslahatan banyak orang.
Cawas, memperbaharui cara beriman kita
Alexander Joko Purwanto Pr
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : | sesawi.net |