Ayo Srawung Ben Ra Suwung

15 Juli 2024, 15:40 WIB

SOLO,LOKAWARTA.COM-Forum Srawung Ben Ra Suwung kembali menggelar diskusi edisi kedua. Di Kopi Parang Kampung Sondakan, Laweyan, Selasa (10/7/2024), forum menawarkan tajuk “Terlambat Hujan Di Bulan Juni”.

Seperti penyelenggaraan di edisi perdana, Srawung Ben Ra Suwung memberi keleluasaan dalam memperluas sudut pandang. Apa pengalaman puitis yang pernah terjadi dalam hidup kalian?

Publik yang terhubung lewat media sosial pun merespon. Sebanyak 33 peserta hadir mengisi ruangan. Keakrabantercipta di antara mereka. Di waktu yang telah ditentukan satu per dua di antaranya mempersiapkan beragam materi untuk ditampilkan.

Kisah-kisah personal yang lekat dengan berbagai perasaan, seperti cinta, kenangan, harapan serta derai tawa menyeruak hadir. Ada yang berbentuk puisi, cerita pendek, ada juga yang membacakan potongan cerita. Semua direspon penuh hangat.

IMG 20240715 WA0033

Selalu ada momen saat penggalan kisah yang disampaikan memiliki irisan yang mampu dimaknai oleh masing-masing orang. Bagaimana waktu yang memilik ukuran pasti tak bakal mampu menyembuhkan luka.

Memberi dan menerima dalam takaran yang sesuai. Di sisi lain keberanian menjejakkan langkah kaki untuk menapaki satu fase kehidupan tak lagi klise. Roda kehidupan membuka mata bahwa jalan hidup telah terbentang dengan segala rencana tanpa pernah bisa menduga.

Harapan Srawung Ben Ra Suwung memberi ruang bagi kalangan beresonansi secara positif. Salah satu peserta, Byan Mandala yang secara tidak sengaja hadir berbagi cerita, mampu menggugah hati.

Diawali dengan memperkenalkan diri dan menceritakan secara singkat kesibukannya di komunitas Myndfulact dimana komunitas tersebut bergerak diarea ruang lingkup hidup berkesadaran.

IMG 20240715 WA0032

Byan Mandala menceritakan pula puisi yang akan dibacanya, puisi tersebut ditulis oleh Thich Nhat Hanh, seorang biksu Buddha Zen Vietnam yang terkenal di dunia, guru, penulis, penyair, dan aktivis perdamaian.

Puisi itu menceritakan keadaan pengungsi pasca perang Vietnam yang ditulis dalam sepucuk surat oleh banyak pengungsi yang dikirim ke Plum Village.

“Puisi ini judul aslinya Call Me by My True Names dalam bahasa Indonesia berjudul Tolong panggil aku dengan nama asliku,” ungkap dia.

Ya, perjalanan Srawung Be Ra Suwung tentu tak hanya hadir dalam kegiatan Selasa Pahing yang identik dengan aktivitas literasi. Beberapa agenda acara telah dipersiapkan dalam waktu dekat. Informasi seputar kegiatan dan beragam aktivitas dapat ditemukan lewat akun ig srawungbenrasuwung.

“Ke depan ruang kecil di dunia maya ini akan terbuka menampung beragam catatan serta ekspresi berbagai media. Kesemuanya hadir untuk merayakan kehidupan.” (***)

Editor:Vladimir Langgeng
Sumber:

Artikel Terkait