Puncta 11.09.22
Minggu Biasa XXIV
Lukas 15:1-10
SEWAKTU masih sekolah saya disuruh bapak pelihara bebek atau itik. Tidak banyak, hanya sekitar 10 ekor saja.
Selain telurnya untuk tambahan gizi, juga bisa dijual untuk nambah-nambah uang saku sekolah.
Suatu kali hujan sangat deras. Sungai di samping rumah meluap banjir. Ada dua ekor bebek yang hanyut terbawa arus.
Saya mengejar mereka dari pinggir sungai. Di belakang rumah ada sungai kecil dan persawahan.
Saya melompati sungai, menyusuri pematang sawah untuk bisa menyelamatkan bebek-bebek itu.
Walau harus basah kuyub, badan kedinginan dan menggigil, berlepotan lumpur dan dengan perjuangan keras, akhirnya mereka tertangkap untuk dibawa pulang ke rumah.
Saya merasa senang bisa menyelamatkan bebek saya. Mereka adalah hidup dan masa depan saya. Karena telur-telurnya saya bisa hidup dan sekolah. Mereka sangat berharga bagi hidup saya.
Yesus memberi perumpamaan tentang domba yang hilang dan dirham yang hilang. Gembala berjuang agar satu domba dapat diketemukan.
Begitu pula seorang wanita menyalakan pelita, membersihkan dan menyapu rumahnya untuk menemukan satu dirham yang hilang.
Ketika diketemukan kembali, mereka sangat bersukacita. Lalu Yesus membuat konklusi atas kisahnya, “Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat.”
Pada awal kisah dikatakan bahwa para pemungut cukai dan orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. Betapa senangnya mereka mendengar sabda Yesus itu.
Allah sungguh mengasihi orang-orang berdosa. Allah tidak menyingkirkan mereka. Tetapi Allah – dalam Diri Yesus – mencari mereka yang hilang dan berdosa.
Itulah kasih dan kerahiman Allah. Allah tidak membiarkan satu orang pun hilang dan menjauh dari kasih-Nya.
Bahkan Dia mau meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor untuk menyelamatkan seekor domba yang hilang dan tersesat. Kemurahan dan kasih Allah itu sungguh nyata.
Yesus mau menunjukkan kepada kita demikian besarlah kasih Allah kepada kita manusia berdosa.
Kasih Allah itulah yang menjadi dasar kita mengasihi sesama manusia. Karena kita telah dikasihi Allah sedemikian besar, maka kita pun diajak mengasihi mereka yang tersesat, tersingkirkan, dan terabaikan.
Ke Prambanan lihat balet Ramayana.
Turis-turis mancanegara sangat terpesona.
Mengasihi itu bukan kata-kata hampa.
Mengasihi terwujud dalam tindakan nyata.
Cawas, mengasihi tanpa batas…
RD A Joko Purwanto Pr
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : | sesawi.net |