JAKARTA,LOKAWARTA.COM-Dalam dunia jurnalisme instan yang dibantu dengan SEO (Search Engine Optimization) belakangan ini, media online kini berlomba-lomba untuk bikin konten/berita dengan kata kunci yang tepat agar “terbaca” dan “dipajang” Google di halaman pertama.
Judul sering kali clickbait, sehingga isi tak relevan. Judul jadi umpan agar orang mengklik link berita. Sessions, Users, Page Views, Page/Session (ave page depth), Average Session Duration, Bounce Rate, New Sessions, Goals, Conversions, Acquisition terus dikejar.
“Sehingga, semakin banyak maka semakin untung,” kata Wakil Pemimpin Redaksi Bisnis Indonesia Fahmi Achmad, ketika menyampaikan materi bertema Penulisan Berita di Era Digital dalam Capacity Building Media yang diselenggarakan Bank Indonesia Solo di Museum Bank Indonesia Jakarta, Kamis (27/7/2023).
Karena itu, Fahmi meminta pekerja media, wartawan dan perusahaan media untuk mulai meninggalkan cara-cara seperti itu dengan menyajikan berita lebih berkualitas pada masyarakat.
Apalagi era traffick yang menghamba pada “mbah google” untuk mencari atau meningkatkan pendapatan nantinya juga pasti berakhir.
“Beberapa perusahaan media besar nasional sudah mulai menyajikan berita berkualitas dengan cara berbayar atau berlangganan untuk mendapatkan atau membaca,” kata Fahmi memberi contoh.
“Meski demikian, perusahaan ini tetap mengelola portal yang menyajikan berita cepat. Sehingga ada dua portal yang dikelola, satu portal berita cepat untuk pasar yang disediakan secara gratis, satu lagi portal berita berkualitas yang berbayar.”
Lebih lanjut Fahmi mengatakan, di zaman now, wartawan harus bisa menjalin relasi, melakukan riset dan melek teknologi. Menurut dia, data dalam berita itu penting untuk melawan hoax, fake news, misinformation, clickbait.
Berita tidak hanya cover both sides tapi jadi cover all sides. “Keahlian dan kualitas jurnalistik akan terlihat kala membeberkan fakta dengan data. “Lakukan verifikasi dan akurasi, jangan terjebak opini,” tandasnya.
Namun Fahmi mengakui bahwa untuk mewujudkan semua itu, penyajian berita yang berkualitas, SDM pekerja media/wartawan berskualitas, dan menjaring pelanggan atau pembaca berita berbayar itu tidak gampang, tidak semudah membalikan telapak tangan.
Tapi bukan berarti tidak bisa dilakukan. Fahmi mengatakan, untuk mengelola dua portal berita yang instan untuk pasar dan berita berkualitas bagi pembaca butuh investasi cukup lumayan selain komitmen yang sangat besar.
“Tidak mungkin pekerja media atau wartawan di lapangan dengan target sepuluh berita per hari bisa membuat berita berkualitas karena keterbatasan eaktu. Boro-boro bikin berita berkualias, bisa memenuhi target berita saja sudah bagus,” kata Fahmi.
“Untuk menulis berita berkualitas, seorang pekerja media atau wartawan harus melakukan riset, pendalaman materi berita, cari referensi ke sana ke mari. Dan itu butuh waktu luang,” kata Fahmi.
Untuk mensiasati semua itu, lanjut dia, perusahaan media bisa memisahkan antara wartawan yang bekerja di portal berita berkualitas dan portal berita instan. Atau, wartawan diminta menulis laporan/features atau merangkum dari beberapa berita sejenis yang pernah ditulis.(*)
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : |