Puncta 26.08.22
Jumat Biasa XXI
Matius 25: 1-13
PANDAWA dan Kurawa sangat bersedih atas kematian Resi Bisma. Dia adalah leluhur kaum mereka. Bisma gugur oleh panah Srikandi.
Sebelum menemui ajal, Bisma mengumpulkan Pandawa dan Kurawa yang bermusuhan. Dia ingin mengajukan permintaan terakhir kepada cucu-cucunya.
Puntadewa dan saudara-saudaranya berlutut dekat Bisma. Begitu pula Duryudana dan adik-adiknya.
Bisma minta kepada mereka diberikan bantal tempat meletakkan kepala. Duryudana memerintahkan adiknya untuk mencari kasur babut permadani.
Hal itu justru ditolak oleh Bisma. “Kasur babut permadani itu untuk raja-raja di istana,” kata Bisma.
Kresna meminta Werkudara mengumpulkan potongan-potongan panah dan senjata sebagai alas kepala Bisma. Itulah yang berkenan bagi Bisma.
Bisma kemudian minta diberi minum. Dursasana memberinya bir, whisky, minuman pesta di kerajaan. Bisma menolaknya.
Werkudara mengambilkan air comberan di padang Kurusetra. Itulah minuman prajurit yang ada di medan laga.
Akhirnya Bisma minta dinaungi payung di atas kepalanya. Kurawa mengambil payung motha yang indah dengan hiasan-hiasan kuning keemasan.
Bisma menolaknya karena itu payung kebesaran raja di istana.
Werkudara menjebol pohon beringin yang rindang daunnya sebagai peneduh bagi Bisma.
Bisma berkenan atas persembahan para Pandawa dan mendoakan mereka menang dalam perang Baratayuda.
Yesus memberi perumpamaan tentang lima gadis bodoh dan lima gadis bijaksana. Mereka bersama menyambut kedatangan pengantin.
Gadis bijaksana menyediakan minyak dan pelita. Yang bodoh tidak menyiapkan diri dengan baik.
Akhirnya gadis-gadis bijaksana itu boleh menyambut pengantin dan masuk ke dalam perjamuan.
Sedangkan gadis yang bodoh itu tidak diperkenankan masuk ke pesta.
Begitulah kita pun juga mesti bijaksana dalam berjaga-jaga menanti kedatangan Tuhan. Tidak mudah memang, karena kita tidak tahu kapan waktunya Tuhan datang.
Tetapi orang bijaksana selalu berpikir ke depan, menyiapkan segala sesuatu yang perlu agar jika Tuhan datang, ia boleh masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
Kita harus membawa pelita bernyala dan minyak sebagai sumber pelita. Kebaikan adalah pelita dan minyak adalah semangat yang terus berkobar dalam diri kita.
Mari kita terus nyalakan semangat kebaikan bagi sesama agar kita bisa berjaga terus sampai Tuhan datang pada waktunya.
Ke Semarang beli loenpia
Jangan lupa cabe rawitnya
Marilah kita berjaga-jaga
Selalu setia dalam karya
Tanjung, selalu berjaga-jaga…
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : |