Buka Pelatihan Pancasila sebagai Laku di UMS, Prof Dr Harun Joko Prayitno : Ubah Hafalan Pancasila Jadi Amalan

15 Juni 2024, 20:48 WIB

SOLO,LOKAWARTA.COM-Pancasila sebagai dasar negara dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan bangsa telah mengalami penurunan magna, setidaknya dalam dua dekade belakangan.

Ini dikarenakan kurangnya keseriusan dalam mengimplementasikan Pancasila. Akibatnya, masyarakat cenderung melihat keberagaman dan perbedaan etnis, suku, serta agama bukan sebagai kekayaan, melainkan sebagai beban, bahkan ancaman.

Melihat permasalahan itu, Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial Universitas Muhammadiyah Surakarta (PSBPS UMS) bekerja sama dengan Lembaga Bahasa dan Ilmu Pengetahuan Umum (LBIPU) menginisiasi program Revitalisasi, Institusionalisasi, dan Standardisasi Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi Indonesia (RISP3TI).

Salah satu kegiatannya adalah Pelatihan Nasional Pancasila sebagai Laku. Tujuannya untuk meningkatkan kompetensi profesional dan pedagogi dosen pengampu mata kuliah Pancasila, terutama dalam aspek wawasan toleransi, keberagaman, dan pembelajaran aktif.

Pelatihan juga untuk memastikan pembelajaran Pancasila sesuai standar proses, dengan capaian pembelajaran mata kuliah yang tidak sekadar di ranah kognitif.

Universitas Muhammadiyah Surakarta menjadi tuan rumah pelatihan untuk wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Pelatihan di UMS yang digelar 11-13 Juni 2024 itu adalah pelatihan kelima dari tujuh wilayah yang direncanakan. Pelatihan dihadiri kurang lebih 50 peserta dari berbagai universitas di Indonesia, negeri maupun swasta.

Direktur Eksekutif PSBPS UMS Yayah Khisbiyah mengatakan, pelatihan nasional Pancasila sebagai laku adalah respon dari kemunduran demokrasi, bukan hanya yang terjadi di masyarakat tetapi juga di lingkup penyelenggara negara.

“Tujuan pelatihan untuk menjadikan Pancasila bukan sekedar teori tetapi diejawantahkan dalam perilaku,” kata Yayah Khisbiyah.

IMG 20240615 203618

Mewakili Rektor UMS, Wakil Rektor Prof Dr Harun Joko Prayitno menyampaikan, mata kuliah Pancasila yang dahulu pernah menjadi momok dalam ujian negara harus diubah dari semula sebagai hafalan menjadi amalan. Nilai Pancasila perlu secara terus menerus dibumikan dalam bentuk perilaku di berbagai kalangan, khususnya generasi muda.

“UMS dalam hal ini telah memberikan konsep baru, yakni Pancasila sebagai Laku. Pancasila bukan hanya Hafalan tetapi harus menjadi amalan, menjadi laku,” ujarnya.

Direktur Riset dan Publikasi PSBPS Mohammad Thoyibi mengatakan, saat ini materi pembelajaran Pendidikan Pancasila tidak kontekstual, metode pembelajaran dosen monoton, dan capaian pembelajarannya belum menyentuh ranah afektif.

Melalui pelatihan tersebut, kata dia, pengampu Pancasila diharapkan bisa menerapkan pendekatan andagogi dan menggunakan metode pembelajaran yang lebih interaktif, kritis, dan reflektif.

“Dengan materi yang kontekstual, peserta didik diharapkan dapat lebih menghayati realitas kemajemukan bangsa Indonesia, dan peserta didik memiliki pandangan kritis, serta dapat mengasah keterampilan berkomunikasi dan berkolaborasi,” jelasnya.

Abdillah, salah satu peserta dari Universitas Negeri Semarang, mengaku senang dengan pelatihan tersebut. Sebagai dosen, dia merasa bahwa dirinya masih kurang pengalaman dalam mengampu Pancasila.

Hal serupa disampaikan peserta lainnya, Pinem, dari Badan Riset dan Inovasi Nasional, ketika ditemui terpisah. Ia menegaskan, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila yang luhur seharusnya menjadi pijakan.

“Tetapi sebaliknya, Pancasila secara tidak kita sadari semakin jauh dari perilaku kita. Mirisnya lagi, Pancasila semakin teranak tiri dalam berbangsa dan bernegara”.

Pinem berharap, selain pembelajaran Pancasila yang menarik dengan sistem pembelajaran aktif, Pancasila juga dapat dijadikan penggerak untuk menjadikan nilai-nilai Pancasila bukan sekedar kata-kata, tetapi juga laku.(*)

Editor:Vladimir Langgeng
Sumber:

Artikel Terkait