JEPARA,LOKAWARTA.COM-Presiden Republik Indonesia telah menyetujui dan menetapkan Ratu Kalinyaman untuk dianugrahi Gelar Pahlawan Nasional yang akan diselenggarakan pada hari Jumat, tanggal 10 November 2023 di Istana Negara.
Selain Ratu Kalinyamat, masih ada lima tokoh lainnya yang tahun ini diusulkan dan ditetapkan sebagai pahlawan nasional, seperti yang disebut dalam surat Kementerian Sekretaris Negara bernomor R-09/KSN/SM/Gt.02.00/11/2023 yang ditujukan kepada Menteri Sosial.
Mereka adalah Ida Dewa Agung Jambe dari Bali, Bataha Santiago dari Sulawesi Utara, M. Tabrani dari Jawa Timur, K.H Abdul Chalim dari Jawa Barat, dan K.H. Ahmad Hanafiah dari Lampung.
Penetapan Ratu Kalinyamat sebagai pahlawan nasional itu tak lepas dari perjuangan masyarakat Jepara dan Yayasan Dharma Bakti Lestari, serta Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat, tanpa henti.
Sebagai bekal pengajuan gelar pahlawan nasional bagi Ratu Kalinyamat, mereka bersama sama melakukan riset dan menelusuri jejak sejarah dan jejak kepahlawanan Ratu Kalinyamat.
Tidak hanya di Indonesia, khususnya Jepara, penelusuran juga dilakukan hingga Portugis. Tim juga menggelar seminar, diskusi, dan sosialisasi ke sekolah-sekolah dan masyarakat luas, serta menerbitkan buku.
Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat mengatakan, Ratu Kalinyamat merupakan salah satu tokoh maritim dari Jepara, Jawa Tengah, yang berperan besar dalam melawan penjajahan Portugis di Indonesia. Perjuangan Ratu Kalinyamat melawan penjajah sudah diakui dunia.
“Sepak terjang Ratu Kalinyamat di abad ke-16 menunjukkan saat itu nusantara mampu membangun kekuatan maritim, sehingga mampu menjaga wilayah kedaulatan negara,” kata Lestari yang dikenal sebagai tokoh yang memperjuangkan Ratu Kalinyamat sebagai Pahlawan Nasional.
- Sementara itu, Yayasan Dharma Bakti Lestari yang diketuai Prof. Dr. Ratno Lukito membeberkan perjuangan Ratu Kalinyamat sehingga layak mendapat gelar pahlawan nasional, yakni :
- Berjuang melawan kolonialisme
Ratu Kalinyamat melakukan perjuangan melawan kolonialisme Portugis di Malaka dan Maluku sebanyak empat kali. Pertama tahun 1551, Ratu Kalinyamat bersama Johor mengirim pasukan ke Malaka. Selanjutnya tahun 1564–1565 membela dan mengirim pasukan ke Hitu. Ketiga tahun 1568 mengirim pasukan ke Malaka, dan terakhir tahun 1574 mengirim pasukan ke Malaka.
- Memiliki integritas moral dan keteladanan.
Sebagai putri dari Sultan Trenggana, Ratu Kalinyamat dipercaya mendidik Pangeran Arya, putra Sultan Hasanudin dari Banten. Pada 1579, ketika Ratu Kalinyamat meninggal dunia, Pangeran Arya yang bergelar Pangeran Jepara menjadi penguasa Jepara menggantikan Ratu Kalinyamat.
Ratu Kalinyamat, dapat memberikan keteladanan dalam segala aspek. Dari sisi agama, selain berguru pada Sunan Kudus, dia mendirikan masjid Mantingan tahun 1559 yang ditandai adanya candra sengkala “rupa brahma warna sari.”
Masjid itu merupakan lembaga yang mengajarkan nilai-nilai luhur yang berkaitan dengan moral masyarakat. Dari aspek budaya, pada masa kepemimpinannya lahir kerajinan ukir yang ditandai adanya motif ragam ukir di dinding masjid Mantingan.
- Berjasa terhadap Bangsa dan Negara
Selain karya monumental yang masih dirasakan manfaatnya sampai sekarang (masjid Mantingan, kerajinan ukir, motif ukir, benteng, makam, dan lain-lain), Ratu Kalinyamat telah mengirim armada perang melawan kolonialisme Portugis sebanyak empat kali.
Itu artinya peran Ratu Kalinyamat tidak hanya dalam lingkup lokal, tetapi juga lingkup regional dan nasional. Dalam konteks sekarang ini, dapat dimaknai bahwa Ratu Kalinyamat mempunyai jiwa dan semangat nasionalisme yang cukup kuat melawan kolonialisme.
- Berkelakuan Baik
Ratu Kalinyamat adalah seorang istri yang setia kepada suaminya dan menyayangi keluarganya. Dia dan suaminya, Pangeran Hadiri, yang sedih atas kematian saudaranya, Sunan Prawata sehingga Sang Ratu naik banding ke Sunan Kudus.
Ratu Kalinyamat menjadi pelindung anak-anak saudaranya. Dua anak almarhum Sunan Prawata yang dibunuh Arya Penangsang diambil sebagai anak angkat. Selain itu, Pangeran Arya, anak Sultan Hasanudin dari Banten, bahkan diangkat sebagai putra mahkota Jepara karena Ratu Kalinyamat tidak memiliki anak.
- Setia dan Tidak Mengkhianati Bangsa dan Negara
Peperangan melawan kolonialisme Portugis dalam empat serangan ke Malaka dan Maluku tahun 1551 ke Malaka, 1564–1565 ke Hitu, 1568 ke Malaka, dan 1574 ke Malaka, menunjukkan bahwa Ratu Kalinyamat merupakan sosok yang setia terhadap wilayah yang sekarang menjadi NKRI
Meskipun serangan itu gagal, tidak membuat Ratu Kalinyamat menyerah dan berkhianat untuk bekerja sama dengan penjajah Portugis, sampai dia meninggal tahun 1579.
Hingga kini, makam Ratu dari Kalinyamat yang namanya Ratu Kencana yang berada di Desa Mantingan Kecamatan Tahunan Jepara, hingga kini banyak dikunjungi peziarah.
Menurut juru kunci makam, ribuan orang dari berbagai daerah berkunjung ke makam Ratu Kalinyamat yang bersebelahan dengan makam suaminya, Pangeran Hadiri.
Bersama Ratu Shima dan Raden Ajeng Kartini, Ratu Kalinyamat dijadikan Monumen Tiga Wanita Pejuang Jepara. Monumen itu dibangun di tempat strategis daerah Ngabul, Jepara.(*)
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : |