CIDRA

12 Agustus 2022, 09:25 WIB

Puncta 12.08.22

Didi Kempot pernah menyanyikan lagu berjudul Cidra. Syairnya demikian ;

“Wis samesthine ati iki nelangsa. Wong sing tak tresnani mblenjani janji. Apa ora eling nalika semana, kebak kembang wangi jroning dada. Kepiye maneh iki pancen nasibku, kudu nadhang lara kaya mengkene. Remuk ati iki yen eling janjine. Ora ngira jebul lamis wae.”

Lagu itu mengisahkan ratapan seorang lelaki yang ditinggal pergi oleh isterinya. Isterinya cidra (ingkar janji) karena perbedaan status sosial. Sang lelaki “mlarat bandha” alias miskin berbeda dengan istrinya yang kaya raya, berkarier dan berpendidikan.

Selain karena status sosial, alasan perceraian itu bisa bermacam-macam; karena ekonomi, tidak ada rasa cinta, karena terpaksa menikah sebab usia terlanjur tua, memang tidak niat menikah, dipaksa oleh keadaan, hamil duluan, dan tidak tahu hakikat perkawinan.

Dari data yang pernah ada, rata-rata perceraian terjadi di usia perkawinan antara 5 -15 tahun. Pada waktu itu perkawinan sedang mengalami masa-masa krisis.

Bulan madu sudah berlalu dan tanggungjawab anak dan pekerjaan menjadi beban berat. Apalagi ditambah dengan komunikasi suami isteri yang tidak harmonis.

Ada yang tidak tahan, lalu memutuskan cerai. Mereka yang bertahan mengambil posisi sebagai “married single,” hidup sendiri-sendiri seperti masih bujangan.

Kondisi ini seperti bom waktu saja. Kalau meletus, mereka akan gampang berpisah.

Bacaan Injil hari ini berbicara tentang perceraian. Orang Farisi ingin mencobai Yesus dengan pertanyaan, “Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?”

Yesus mengutip Kitab Suci yang menyatakan bahwa Allah menciptakan pria dan wanita. Pria akan meninggalkan ayah dan ibunya, dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.

Demikianlah mereka itu bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.

Mengapa Musa mengizinkan bercerai? Yesus menjawab karena ketegaran hatimulah Musa mengijinkan cerai.

Sejak semula tidaklah demikian. Ketegaran hati itulah yang membuat perceraian terjadi.

Seandainya orang masing-masing mempunyai hati yang lembut, tidak mungkin ada perceraian. Kelembutan hati, ketulusan, kerendahan hati, suka menolong dan mengampuni, tidak egois hanya mementingkan diri sendiri perlu dikondisikan dalam keluarga.

Mother Teresa sedang memandikan gelandangan kotor di Sungai Gangga. Dia melihat ada suami istri sedang bertengkar dengan berteriak-teriak.

Mother Teresa bertanya; “Kenapa kalau orang bertengkar berteriak-teriak?”

Muridnya menjawab; “Karena kehilangan kesabaran, orang berteriak?”

Teresa bertanya lagi; “Kenapa harus teriak? Kan orangnya ada di sebelahmu? Kan pesannya juga sampai dengan cara halus?”

Akhirnya Bunda Teresa berkata :

”Bila dua orang bermarahan, hati mereka sangat menjauh. Untuk dapat menempuh jarak yang jauh itu, mereka harus berteriak agar terdengar. Semakin marah, semakin keras teriakan karena jarak kedua hati pun semakin jauh.”

”Apa yang terjadi saat dua insan jatuh cinta?” lanjutnya.

”Mereka tidak berteriak pada satu sama lain. Mereka berbicara lembut karena hati mereka berdekatan. Jarak antara kedua hati tidak ada atau sangat dekat.”

Setelah merenung sejenak, Bunda meneruskan: ”Bila mereka semakin lagi saling mencintai, apa yang terjadi? Mereka tidak lagi bicara. Hanya berbisikan dan saling mendekat dalam kasih-sayang.

Akhirnya, mereka bahkan tidak perlu lagi berbisikan. Mereka cukup saling memandang. Itu saja. Sedekat itulah dua insan yang saling mengasihi.”

Bunda Teresa memandangi murid-muridnya dan mengingatkan dengan lembut :

”Jika terjadi pertengkaran, jangan biarkan hati menjauh. Jangan ucapkan perkataan yang membuat hati kian menjauh. Karena jika kita biarkan, suatu hari jaraknya tidak lagi bisa ditempuh…..”

Jalan-jalan di kota Semarang.
Jangan lupa beli banyak panganan.
Mari kita memupuk kasih sayang,
Jangan menyimpan segala kemarahan.

Cawas, tetap menyayangi…..

RD A Joko Purwanto Pr

Editor:Vladimir Langgeng
Sumber:sesawi.net

Artikel Terkait