Puncta 09.04.24
BANYAK dari kita kagum dan tercengang dengan kehidupan orang muda kaya raya yang menjadi crazy rich. Mungkin kebanyakan dari kita juga menginginkan bisa menjadi seperti mereka.
Tetapi kita tidak tahu dari mana mereka bisa mempunyai harta trilyunan dan kekayaan yang melimpah itu.
Tiba-tiba ada berita, orang yang kehidupannya seperti pangeran dan puteri dari negeri dongeng itu ditangkap polisi karena kasus korupsi merugikan keuangan negara.
Kita sebenarnya bisa belajar dari pengalaman mereka. Harta yang didapat dengan cepat tanpa kerja keras, juga akan hilang lenyap dengan singkat tanpa bekas. Keserakahan dan kesombongan adalah godaan terbesar bagi manusia.
Berbeda dengan sikap dan tindakan para OKB (Orang Kaya Baru), dalam bacaan pertama ada tokoh yang dikisahkan bernama Yusuf atau Barnabas yang artinya Anak Penghiburan.
Ia justru menjual ladang miliknya dan menyerahkan hasil penjualannya kepada para Rasul untuk dibagi-bagikan kepada orang miskin.
Jemaat perdana waktu itu berpikir sehati dan seperasaan. Mereka tidak menganggap bahwa apa yang dimiliki adalah miliknya sendiri. Segala sesuatu menjadi milik bersama.
Karakter jemaat perdana nampak dalam sikap solidaritas dan toleransinya. Karakter ini yang menjadi nilai positif di tengah masyarakat, sehingga mereka disenangi banyak orang dan jumlah mereka terus bertambah.
Masihkan kita memiliki semangat solidaritas dan persaudaraan seperti ini sekarang?
Apakah solidaritas kristiani ini sudah hilang di tengah-tengah kita?
Kita sering bangga dengan gedung gereja dan rumah ibadah yang megah, tetapi di sekitarnya banyak orang miskin dan menderita.
Pesta perkawinan mewah bak putri raja, namun banyak orang kelaparan dan tak punya pakaian di dekatnya.
Sikap dan tindakan Barnabas dapat menjadi contoh bagaimana kita bergaul dengan orang-orang di sekitar kita. Barnabas sehati dan sepikir dengan mereka yang menderita.
Ia merelakan ladangnya untuk kepentingan bersama. Ia tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, tetapi demi kesejahteraan semua.
Orang seperti Barnabas adalah orang yang telah dilahirkan dari Roh. Orang yang lahir dari Roh tidak hanya memikirkan hal-hal duniawi, tetapi ia memikirkan hal-hal surgawi.
Sebagaimana yang dibicarakan Yesus dengan Nikodemus, orang harus dilahirkan kembali dari air dan Roh Kudus. Lahir kembali berarti hidup bukan untuk dirinya sendiri, tetapi hidup dalam Roh Allah.
Hidup dalam Roh berarti berjalan searah dengan bimbingan Allah. Allah menghendaki kebahagiaan dan keselamatan manusia. Allah ingin agar kita hidup dalam damai sejahtera.
Mari kita mengusahakan itu bersama-sama. Mari kita peduli dan solider dengan orang lain yang menderita.
Olahraga dengan sepeda santai,
Berkeliling di alun-alun kota.
Kalau kita ingin hidup damai,
Hidup rukun dan suka berderma.
Cawas, Selamat Idul Fitri, Mohon maaf lahir batin
Alexander Joko Purwanto Pr
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : | sesawi.net |