Dewi Kunti

18 Desember 2022, 08:24 WIB

Puncta 18.12.22

SEBELUM Kunti menjadi isteri Pandu Dewanata, ia telah mengandung bayi, anugerah dari Dewa Surya. Waktu berguru kepada Begawan Druwasa, Kunti mendapat ngelmu dan ajian “Kunta wekasing rasa sabda tunggal tanpa lawan” yang bisa mendatangkan dewa siapa saja yang diingini.

Kunti membatinkan ajian itu dan memanggil nama dewa. Datanglah Dewa Surya dan terjadilah Kunti hamil sebelum dia mempunyai suami.

Karena takut mencemarkan Kerajaan Mandura dan nama baik keluarga, dalam kebingungan Kunti membuang bayi yang baru lahir ke Sungai Gangga.

Bayi itu diberi nama Raden Karna Basusena.

Seandainya saja Kunti tidak membuang bayinya dan memeliharanya sebagai ibu, tidak akan terjadi perang besar yang disebut Baratayuda.

Kalau saja Kunti mau bertanggungjawab, Karna akan hidup damai bersama para Pandawa.

Tetapi karena Kunti lebih mementingkan kewibawaan dan nama baik keluarganya, ia tega menghanyutkan bayi merah itu ke sungai. Akibatnya, perang antar saudara terjadi di Padang Kurusetra.

Maria berbeda dengan Kunti. Yusuf tidak sama dengan Basudewa.

Pada waktu Maria, ibu Yesus bertunangan dengan Yusuf, ternyata Maria mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami-isteri.

Maria diberitahu oleh malaikat bahwa ia akan mengandung dan melahirkan seorang anak yang akan disebut Imanuel.

Dengan segala kerendahan hatinya, Maria taat pada rencana Allah. Ia berkata, “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu.”

Begitu pula Yusuf. Ia diberitahu malaikat bahwa anak Maria itu berasal dari Roh Kudus. Dialah yang akan menyelamatkan umat manusia dari dosa-dosa mereka.

Sesudah bangun dari tidurnya Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan.

Sebagai pasangan suami istri mereka sama-sama taat pada kehendak Tuhan. Mereka menjalani hidup demi kemuliaan Tuhan, bukan demi diri mereka sendiri.

Kebahagiaan suami-isteri adalah ketika mereka bersama mampu melaksanakan kehendak Tuhan.

Kehendak Tuhan pasti akan menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan pada akhirnya. Kunti dan Basudewa sepanjang hidupnya dihantui penyesalan tanpa henti karena membuang bayinya.

Kunti sangat menderita batin saat mengetahui Karna mati di tangan adiknya sendiri, Arjuna. Penyesalan datangnya terlambat, setelah semuanya terjadi.

Hancur hari Kunti saat menyaksikan panah Arjuna menembus dada Karna, hingga tergeletak mati di atas kereta perangnya.

Kerendahan hati dan kesetiaan pada kehendak Tuhan ditunjukkan oleh Maria dan Yusuf. Karena kesediaan mereka untuk berkorban, Yesus lahir menyelamatkan dunia dari segala dosa.

Sebagai pasangan suami-isteri, marilah kita meneladan pasutri Yusuf dan Maria.

Mereka tidak memikirkan diri sendiri, mau berkorban dan setia pada kehendak-Nya. Maka Tuhan membalasnya dengan limpah kasih karunia.

Indahnya gunung Merbabu Merapi
Nampak cerah kena sinar mentari.
Bersyukur atas kasih suami istri
Anda berdua penyalur rahmat ilahi.

Cawas, kasih yang tiada henti…

RD A Joko Purwanto Pr

Editor:Vladimir Langgeng
Sumber:sesawi.net

Artikel Terkait