Di Era SBY, Rakyat Lebih Makmur Dibanding Era Jokowi, Ini Indikatornya…

12 Oktober 2025, 07:37 WIB

JAKARTA,LOKAWARTA.COM-Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mencoba membandingkan kondisi masyarakat di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Menurut Menkeu, dalam dua dekade terakhir ini memperlihatkan adanya perubahan mendasar dalam struktur pertumbuhan ekonomi Indonesia, yakni dari yang sebelumnya berorientasi pada sektor swasta, menjadi sangat bergantung pada peran pemerintah.

Dalam Investor Daily Summit 2025, Purbaya mengatakan, perekonomian di era SBY (2004–2014) cenderung lebih “sehat” karena pertumbuhan ditopang kuat oleh aktivitas di sektor swasta. “Di zaman SBY meski tak banyak bangun infrastruktur, rakyat makmur,” ujar Purbaya.

Ia menjelaskan selama masa kepemimpinan SBY, pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata mendekati 6% per tahun. Pada saat yang sama, jumlah uang beredar tumbuh sekitar 17% dan kredit perbankan naik hingga 22%.

“Kondisi tersebut mencerminkan adanya dinamika ekonomi yang hidup, terutama karena peran aktif sektor swasta dan investasi domestik yang kuat,” kata Purbaya dengan gaya koboinya.

Sebaliknya, kata Purbaya selanjutnya, arah kebijakan ekonomi pada era Jokowi (2014–2024) lebih bertumpu pada belanja pemerintah, terutama di sektor infrastruktur. Meski proyek-proyek besar seperti jalan tol, bendungan, dan pelabuhan gencar dibangun, pertumbuhan ekonomi justru melambat di kisaran 5%.

Selain itu, indikator moneter seperti pertumbuhan uang beredar yang hanya sekitar 7% dan kredit perbankan di bawah 10% menunjukkan lemahnya partisipasi sektor swasta dalam menggerakkan ekonomi. “Mesin ekonomi kita jadi pincang karena sektor swasta lamban bergerak,” kata Purbaya.

Purbaya menilai perlambatan tersebut bukan semata akibat belanja infrastruktur, melainkan karena kurangnya keberanian perbankan menyalurkan kredit dan lambannya ekspansi usaha baru di sektor produktif. Karena itu, pentingnya mengembalikan keseimbangan antara peran negara dan swasta dalam pembangunan ekonomi.

Menurutnya, strategi pembangunan ke depan sebaiknya tidak hanya mengandalkan proyek fisik berskala besar, tetapi juga harus memperkuat investasi sektor riil, UMKM, dan industri manufaktur. “Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi bisa lebih berkelanjutan dan inklusif,” pungkasnya.(*)

Editor:Vladimir Langgeng
Sumber:

Artikel Terkait