SRAGEN,LOKAWARTA.COM-Bakal calon bupati Sragen Untung Wina Sukowati menggelar silaturahmi dan dialog bersama Sahabat Buruh Sragen di Cengkir Gading Resto, Karangmalang, Sragen, Minggu (5/5/2024) sore.
Silaturahmi dan dialog bersama buruh tersebut dinilai penting dilakukan, mengingat banyak pabrik dan buruh di Sragen yang menjadi pilar ekonomi di Bumi Sukowati.
“Saya ingin mengetahui kondisi sesungguhnya di Sragen, khususnya buruh. Saya sangat memahami bagaimana bapak ibu selama ini berjuang untuk keluarga,” ujar Wina saat berdialog dengan buruh.
Perkataan putri mantan Bupati Sragen Untung Wiyono ini terkait keluhan para buruh, seperti pemutusan hubungan kerja (PHK), hak-hak untuk perempuan yang diabaikan, permasalahan BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, serta konsekuensi UU Cipta Kerja Omnibus Law.
Dalam kesempatan itu, Wina mengaku tidak suka obral janji atau memberikan PHP kepada masyarakat, terutama para buruh.
“Pada intinya saya ingin tahu kondisi real dan saya belajar dari bapak-ibu. Posisi kita itu ekual, sama, dan saya mau mendengarkan. Saya percaya saat bernegosiasi tidak bisa menang semua atau kalah semua, tapi ada win-win solutions,” kata dia.
Pada kesempatan itu, Wina mengusulkan ada forum yang membahas permasalahan buruh di Sragen. Guna mengatasi buruh yang di PHK pada usia 40-an.
Dia mengusulkan para buruh memiliki skill seperti membuat kue, snack, hingga jualan online. “Saya percaya ibu-ibu mintanya diuwongke. Jadi kalau ada masalah hukum terkait buruh, kita bisa bahas dan cari solusi bersama.”
Di acara dialog itu, Wina mendapatkan apresiasi dari para buruh. Tokoh masyarakat Sragen, Andang Basuki, memuji langkah Wina yang mau menyerap aspirasi para buruh.
“Baru kali ini dalam Pilkada Sragen ada bakal calon bupati yang mau mendengar buruh. Saya sangat respek,” kata Andang Basuki.
“Mencoba mendengar [dari para buruh] itu suatu yang luar biasa. Selama ini calon hanya mengungkapkan visi misi yang membuat bosan. Makanya kami dukung pencalonan mbak Wina.”
Selain Andang, tokoh buruh yang hadir dalam silaturahmi dan dialog itu adalah Murjioko, Ketua Dewan Pengurus Daerah SBSI 1992 Jateng, Eko Suprianto, Aditya Dimas Pradana, Yuni tokoh perempuan buruh Sragen, dan Agus Sudibyo.
Para buruh menyampaikan uneg-uneg mereka seperti UMK Sragen yang selalu kalah dan lebih rendah dibandingkan Karanganyar, serta pengawas tenaga kerja yang saat ini ditarik dari kabupaten ke provinsi.
Hal tersebut dinilai melemahkan pengawasan terhadap hak-hak buruh. Para buruh yang mengikuti dialog selama ini menyayangkan para bupati jarang menemui buruh ketika ada permasalahan soal buruh.
Biasanya para buruh hanya dihadapi oleh kepala dinas tenaga kerja yang sering tidak mampu menyelesaikan permasalahan.
“Permasalahan yang kita adukan ke dinas dan Bupati sering tidak ada titik terang. Permasalahan menumpuk dan kami tidak dibayar. Tolong permasalahan buruh lebih diperhatikan,” kata Siti Romadona, salah satu buruh.
“Di kabupaten lain bupatinya turun tangan, semetara di Sragen kalau ada masalah hanya ditampung saja. Enggak ada yang mambela rakyat, padahal kita mau makan saja susah.”
Siti meminta agar peradilan hukum terkait buruh dipindah dari Semarang ke eks karesidenan Surakarta atau Soloraya. Selama ini buruh harus menanggung biaya dan waktu yang tidak sedikit saat memperjuangkan hak-hak buruh di ibu kota Provinsi Jateng tersebut.(*)
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : |