DALAM pengulasana peristiwa sebelum Yesus naik ke Surga, Dia berpesan kepada Petrus untuk menggembalakan domba-domba-Nya. Sekalipun di tempat yang sulit dan berlawanan degan keinginan, itulah pesan yang mendalam untuk Petrus,
Kini saya mau membandingkan dengan situasi para gembala di jaman sekarang. Apakah mereka mengikuti pesan Tuhan yang disampaikan kepada Petrus?
Atau mereka selalu memilih domba yang dipercayakan pada Yesus, terutama domba yang begitu loyal pada gembala. Atau apakah gembala lebih suka memilih domba yang perhatian pada gembala? Itu pertanyaan saya yang lain.
Memang tidak semua gembala melakukan hal seperti itu. Yang paling sulit dimengerti banyak para domba memanjakan gembalanya, itu pun dilakukan dengan bangga supaya domba-domba yang lain melihat dan memberi apresiasi.
Dan yang paling sulit lagi, banyak domba yang berkompetisi untuk memanjakan gembalanya, supaya dilihat hebat.
Lalu pertanyaan saya, bagaimana dengan domba yang nggak mampu melakukan hal serupa? Apakah domba-domba itu harus dibiarkan dan tidak digembalakan?
Menurut saya, hal yang terbalik dalam dunia pelayanan itu, harusnya gembala memanjakan dombanya, supaya mereka lebih sadar diri. Memberi pengarahan, petuah dan nasihat untuk saling berbagi kepada yang membutuhkan.
Jika ada domba yang bersitegang satu dan yang lain, maka gembalalah yang menjadi penengah untuk perdamaian. Jika ada domba yang hilang, maka gembala harus mencari sampai ketemu dan tidak boleh membiarkan domba itu pergi, apalagi malah dijelek-jelekan di depan domba yang lain.
Menjadi gembala tidak mudah, mereka punya tugas berat, banyak konflik, kejengkelan, kekecewaan. Itulah yang harus dialami, sebab konsekwensi menjadi gembala adalah akan dibawa oleh domba ke tempat yang tidak disukainya.
Marilah saling menyadarkan diri untuk selalu bersinergi, mengasihi , membawa kedamaian seperti pesan Tuhan. Akhir kata : Bersatulah seperti salju yang tak berotot.
Franz Dan, rohaniawan. (*)
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : |