SOLO,LOKAWARTA.COM-Ada lompatan yang begitu jauh yang dialami Dr Bondet Wrahatnala, dari seorang wakil dekan menjadi Rektor ISI Surakarta. Padahal biasanya, untuk bisa menjadi pimpinan tertinggi di sebuah perguruan tinggi itu berdasar senioritas atau “urut kacang”. Dengan lompatan itu, tentu saja Dr Bondet menyalib para seniornya, para wakil rektor, para dekan, maupun direktur pascasarjana.
Lompatan lainnya, di tahun 2002 – 2003, Dr Bondet masih tercatat sebagai wartawan “unyu-unyu” di Harian Jawa Pos Radar Solo, yang bertugas di Kota Solo dan Kabupaten Sukoharjo. Bondet baru diterima sebagai karyawan / dosen di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta tahun 2007, setelah menyelesaikan S2 di perguruan tinggi negeri tersebut.
“Oleh orang tua, saat itu saya hanya boleh bekerja sebagai wartawan setahun saja. Kemudian saya diminta melanjutkan S2 dan kebetulan saya diterima saat mendaftar S2 di ISI, yang dulu namanya STSI,” kata Dr Bondet dalam wawancara khusus.
“Sambil menyelesaikan S2 di STSI, saya mengajar di SMAN 1 Solo. Kemudian setelah lulus S2, saya mendaftar sebagai dosen di STSI dan diterima,” kata lali-laki lulusan FISIPOL Universitas Gajah Mada Yogyakarta itu.
“Semua itu saya lakukan mengalir begitu saja. Yang terpenting dalam hidup ini adalah punya prinsip dan berpegang pada kebenaran. Kalau kita berpegang pada kebenaran, kita akan leluasa melakukan apa saja, tidak takut salah,” kata warga asli Solo itu.
Meski sudah dilantik sebagai rektor, namun DNA-nya sebagai jurnalis masih tetap bersenyawa. Sepekan setelah dilantik sebagai rektor ISI Solo di Jakarta, Dr Bondet mengumpulkan para wartawan di kampus, Senin (13/10/2025). Bukan untuk konferensi pers, tapi untuk temu kangen, silaturahmi, curcol, curhat, dan diskusi. Silaturahmi berlangsung cair dan Dr Bondet mendapat sebutan baru, Mas Rektor.
Sebagai orang yang pernah bergelut di dunia jurnalistik, saya melihat peran media untuk mendiseminasi ide dan gagasan dari Kampus ini sangat strategis. “Hari ini kita bersilaturahmi, saya sebagai Rektor baru membutuhkan dukungan dan kolaborasi strategis dari teman-teman semua,” kata Dr Bondet yang didampingi Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Kerja Sama, dan Hubungan Masyarakat, Prof. Dr. Sugeng Nugroho.
Kepada para wartawan, Mas Rektor mengatakan bahwa kritik, saran, dan masukan yang tercermin dari pemberitaan media massa, baik cetak maupun online adalah ungkapan jujur yang akan membuat kampus ini menjadi lebih besar lagi. “Reputasi ISI Solo baik di level nasional maupun internasional tidak bisa dilepaskan dari peran media massa dalam memberikan efek halo kepada masyarakat,” tegas Mas Rektor.
Sejumlah kritik, saran, dan masukan dari para jurnalis akan menjadi perhatian khusus dari Mas Rektor agar relasi pentahelix yang sedang dirumuskan untuk mewujudkan visi dan misinya dalam periode 4 tahun ke depan akan terus melibatkan peran media.
“Kawan-kawan media selain sebagai mitra strategis, juga berperan sebagai kontrol keterbukaan agar apa yang akan diwujudkan ISI Solo ke depan, dalam pantauan siapa saja,” ungkapnya.
Ke depan, Mas Rektor akan mengagendakan silaturahmi dan komunikasi dengan rekan-rekan media secara lebih intensif. Salah satu yang akan segera diwujudkan adalah menyediakan “Media Corner” sebagai tempat bertemu dan berkumpulnya kawan-kawan media. Usulan dari teman media untuk menggelar “Media Gathering” setidaknya setahun sekali juga akan menjadi perhatian khusus.
Terkait dengan pertanyaan media mengenai siapa-siapa yang akan menjadi pembantu Mas Rektor di level Wakil Rektor, Pimpinan Pasca Sarjana, Fakultas, sampai dengan Program Studi di lingkungan ISI Solo, Bondet menyatakan bahwa dia akan memilih orang yang tepat dengan syarat kompentensi dan kapabilitas.
“Sesuai dengan regulasi dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, saya diberi kesempatan untuk menyempurnakan “kabinet” ini setidaknya sampai bulan Januari 2026. Mohon doa restu dan dukungan kawan-kawan semua, agar dimudahkan dan dilancarkan,” pungkasnya.(*)
| Editor | : | Vladimir Langgeng |
|---|---|---|
| Sumber | : |
