SUKOHARJO,LOKAWARTA.COM-PT Sri Rejeki Isman atau PT Sritex menggelar rapat umum pemegang saham (RUPS), Senin (24/6/2024).
Dalam keterangan tertulis, Direktur Keuangan PT Sritex Welly Salam, menyampaikan, peninjauan kembali PKPU tanggal 22 November 2022 telah diputus pada 30 Desember 2022 dengan menolak gugatan dari PT Bank QNB Indonesia. Dengan demikian, perseroan tetap menjalankan kegiatan usahanya karena permohonan pailit tersebut telah ditolak,” jelasnya.
“Terkait restrukturisasi anak perusahaan Golden Mountain Pte. Ltd. di Singapura masih belum selesai. Hal ini disebabkan belum mencapai perdamaian dengan para kreditur sehingga Sritex belum dapat melanjutkan penetapan restrukturisasi di Amerika Serikat,” jelasnya.
Sementara itu dalam RUPS Sritex 2024 dilaporkan, hingga akhir Desember 2023, PT Sritex dengan emiten SRIL mencatatkan penjualan bersih sebesar US$325,08 juta, setara dengan Rp5,01 triliun (kurs jisdor Rp15.439). Penjualan ini turun 38,02% dibanding 2022 sebesar US$524,56 juta.
Pendapatan SRIL ditopang oleh penjualan ekspor sebesar US$158,66 juta, sementara itu penjualan lokal tercatat US$166,41 juta. Kedua segmen penjualan ini sama-sama turun sepanjang 2023.
Seiring dengan penjualan yang tergerus, beban pokok juga ikut turun menjadi US$401,67 juta, setara Rp6,20 triliun. Beban tersebut turun 49,22% yoy dibandingkan 2022 yang tercatat US$791,08 juta. Sehingga rugi kotor menyusut menjadi US$76,59 juta dibanding 2022 yang tercatat US$266,52 juta.
Setelah diakumulasi dengan beban penjualan serta pendapatan keuangan lainnya, SRIL mencatatkan rugi bersih yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk menjadi US$174,84 juta atau setara Rp2,69 triliun. Rugi SRIL menyusut 55,79% dibandingkan rugi 2022 yang tercatat US$395,56 juta.
Sementara itu di tengah kerugian, SRIL mencatatkan total kewajiban sebesar US$1,60 miliar, lebih tinggi dibanding 2022 sebesar US$1,54 miliar. Rinciannya, liabilitas jangka pendek US$113,01 juta sementara liabilitas jangka panjang US$1,49 miliar.
Sritex mencatatkan total aset sebesar US$648,98 juta per 31 Desember 2023. Posisi ini lebih rendah dibanding 2022 sebesar US$764,55 juta. SRIL membukukan pembengkakan defisiensi modal menjadi US$954,82 juta dari sebelumnya US$764,55 juta.(*)
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : |