LOKAWARTA.COM-Di Tawangmangu Karanganyar pernah muncul Gerakan Ratu Adil. Gerakan Ratu Adil adalah sebuah gerakan messianisme, millenarisme, nativisme dan revivalisme Islam yang terjadi di Mangkunegaran pada 1888.
Pemimpin gerakan ini adalah seorang juru kunci makam trah Mangkunegaran di Girilayu, Matesih yang bernama Imam Sampurna atau Iman Reja. Imam Sampurna menyatakan diri sebagai Ratu Adil yang berjanji mengembalikan masa kejayaan, memurnikan Islam, dan mengusir orang Belanda.
Sebenarnya, gerakan-gerakan messianisme, seperti gerakan yang dilakukan Imam Sampurna, marak terjadi pada paruh kedua abad ke-19 atau pada suatu zaman yang dikenal sebagai zaman modal atau zaman perkebunan.
Sebuah gerakan messianisme tidak terjadi begitu saja tetapi butuh necessary and sufficent conditions. Ada proses fermentasi sosial yang harus ditelusuri bahkan puluhan tahun sebelumnya. Sebagai contoh, fermentasi sosial yang terjadi pada pemberontakan petani Banten yang ditelusuri Sartono Kartodirdjo sampai seratus tahun sebelumnya.
Gerakan Ratu Adil di lereng Gunung Lawu diduga terjadi ketika Praja Mangkunegaran berada pada puncak krisis yang sangat besar. Dimana hama kopi dan tebu merajalela dan pasaran kopi dunia jatuh. Keadaan ini sangat memperparah keuangan Mangkunegaran karena rumah tangganya sangat bergantung pada ekspor kopi dan gula.
Untuk mengatasi terpaksa dikerahkan cultuurdienst yang besar. Namun keuangan kerajaan defisit dan untuk menutupnya Prangwedana V harus berutang besar-besaran. Agar keadaan tidak semakin parah maka mulai Mei 1888, keuangan Mangkunegaran dipegang residen AJ Spaan. Berbagai hal yang terjadi menimbulkan ketidakpuasan rakyat Mangkunegaran.
Orang-orang merasa sedang berada pada zaman kalabendu atau zaman kesusahan. Berbagai ketidakpuasan itu akhirnya memunculkan desas desus akan datangnya juru selamat yang bernama Ratu Adil. Hal ini juga disumbang oleh banyaknya literatur seputar akhir zaman dan eskatologi Jawa, misalnya karya-karya Ranggawarsita, Serat Musarar Jayabaya, dan Serat Akhiring Jaman.
Ketidakpuasan ini akhirnya dapat dieksploitasi oleh seorang juru kunci, Imam Sampurna. Untuk memperluas gerakan, dia menarik penduduk desa. Imam Sampurna juga merekrut para bekel atau kepala desa. Para bekel direkrut karena mempunyai otoritas legal untuk menggerakkan masyarakat desa. Beberapa bekel seperti diangkat menjadi senapati atau pemimpin perang.
Keterlibatan para bekel dalam gerakan messianisme ini juga disumbang oleh ketidakpuasan yang dialami para bekel. Penghapusan apanage dan kemunculan perkebunan secara besar-besaran telah menyebabkan bekel terdeprivasi.
Ratu Adil, sang juru selamat yakni Imam Sampurna, berasal dari Desa Klangon. Imam Sampurna sering berpindah dan berganti nama. Dia lahir di Desa Kadipiro dengan nama Samiran. Ketika besar berganti nama menjadi Kasanrejo dan pindah ke Desa Klangon. Di desa ini dia menjadi seorang santri dan mengganti namanya menjadi Abdul Gani.
Pada 1885 Kasanrejo pindah lagi ke Desa Girilayu dan mengganti namanya menjadi Iman Rejo. Di sini dia menjadi ketib, juru kunci, dukun, dan guru agama. Iman Rejo kemudian menjadi orang yang sangat berpengaruh di Girilayu.
Sebelum mengobarkan gerakan, Iman Rejo terlebih dulu bersemadi di Hutan Ketangga di Madiun. Dia kemudian mengaku mendapatkan wahyu setelah bersemadi di sana. Ritual semadi di Hutan Ketangga sebenarnya hal yang sering dilakukan para calon Ratu Adil. Dalam ramalan Jayabaya dikatakan, Ratu Adil akan datang dari Hutan Ketangga. Iman Rejo bersemadi di hutan ini agar kepemimpinannya terlegitimasi.
Pagi hari Kamis 11 Oktober 1888, Iman Rejo dan para pengikut mengadakan selamatan besar besaran. Iman Rejo kemudian mengajak pengikutnya pergi ke Telaga Pasir di Kabupaten Magetan. Mereka berangkat pada sore hari. Dalam perjalanan, Iman Rejo membawa banyak bekal seperti rajadarbe, rajakaya, pitik iwen serta berbagai senjata tajam dan senapan.
Sebelum ke Telaga Pasir, gerombolan Imam Rejo terlebih dulu mampir di pesanggrahan Srikaton milik Mangkunegaran di Tawangmangu. Mereka memaksa masuk pesanggrahan dan para penjaga pesanggrahan lari ketakutan. Polisi setempat langsung menyatakan peristiwa itu sebagai pemberontakan.
Di pesanggrahan, Imam Rejo berkelakuan layaknya seorang raja. Dia duduk di kursi sedang pengikut berjongkok. Mereka pada umumnya berpakaian putih seperti santri, namun ada pula yang bertelanjang dada. Istri Imam Sampurna duduk di kursi besar sedang para pengikut perempuan duduk di lantai.
Imam Sampurna mengharuskan pengikutnya memanggil istri dan anaknya dengan sebutan ndoro mas dan ndoro ajeng. Saudaranya yang bernama Mitomenggolo diangkat menjadi patih.
Pagi dini hari pukul 02.00, Imam Sampurna sempat meminta para perempuan agar berzikir karena besok mereka akan pergi menyucikan diri ke Telaga Pasir, Magetan. Di sana Imam Sampurna dan pengikutnya akan bergabung dengan kelompok keagamaan lainnya.
Lantaran Gerakan Ratu Adil sudah tercium, sebelum bertolak dari Pesanggrahan Srikston dan berangkat ke Telaga Pasir, Imam Sampurna dan pengikutnya berhasil ditumpas oleh pasuksn Mangkumegaran yang berpusat di Surakarta. Residen Surakarta AJ Spaan dan Prangwadana ikut terjun mengepung pesanggrahan. Imam Sampurna dan beberapa pengikutnya tewas diberondong senapan.
Peristiwa Srikaton di Tawangmsngu 1888 adalah gerakan messianisme terbesar yang pernah terjadi di Mangkunegaran, sehingga dicatat dalam buku sejarah Mangkunegaran.(berbagai sumber).
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : |