Gladhen Perang

11 Januari 2024, 11:58 WIB

Puncta 08.01.24

PRABU Destarastra raja Hastina menginginkan adanya “gladhen perang.” Ia ingin melihat bagaimana anak-anaknya dan para Pandawa menempuh ilmu kepada Pandita Durna.

Maka diumumkanlah kepada seluruh rakyat untuk melihat bagaimana ksatria Pandawa dan Kurawa mempertunjukkan keahlian mereka.

Pandita Durna mengetes keahlian mereka dalam menggunakan panah. Dia memasang sasaran seekor burung di ranting pohon Gurda. Siapa yang bisa mengenai kepala burung, dialah pemenangnya.

Para Kurawa mencoba. Tetapi tak satu pun yang berhasil. Bahkan Pangeran Jaka Pitana mundur dengan rasa malu.

Disoraki oleh rakyatnya, dengan wajah merah marah dia membuang busurnya di depan gurunya.

Dari Pihak Pandawa, Arjuna maju dengan gagah. Dengan sekuat tenaga dan penuh perasaan mengarahkan panahnya. Kepala burung itu putus oleh anak panah Arjuna.

Seluruh rakyat bersorak sukacita. Durna berkata, “Inilah murid yang terkasih, yang selalu mendengarkan perintah gurunya.”

Namun ada seorang pemuda sombong yang iri melihat kesuksesan Arjuna. Dia menyeret Arjuna ke tengah gelanggang dan menantang berkelahi.

Pemuda angkuh itu adalah Karna, anak dari Awangga. Arjuna dengan sabar dan tenang menanggapi keangkuhan anak kusir Adirata itu. Arjuna tidak marah tetapi justru mengasihinya.

Hari ini kita rayakan pesta pembaptisan Tuhan Yesus di sungai Yordan. Pembaptisan adalah ibarat sebuah pendadaran untuk meresmikan seseorang menjadi anggota sebuah komunitas. Setelah lulus pendadaran, orang diakui secara resmi masuk dalam kelompok.

Di satu sisi, pembaptisan Yesus membuat-Nya menjadi bagian komunitas Yohanes, tetapi di sisi lain, Yesus diumumkan kepada khalayak sebagai Anak Allah yang terkasih.

Ada suara dari sorga yang berkata, “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.”

Allah berkenan atas ketaatan dan kerendahan hati Yesus untuk melaksanakan kehendak Bapa, menjadi sama dengan manusia. Kendati Ia tidak berdosa namun mau dibaptis oleh Yohanes.

Semangat kerendahan hati juga ditunjukkan oleh Yohanes. Ia berkata, “Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku, membungkuk dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak.”

Kerendahan hati adalah sebuah keutamaan dan kebijaksanaan hidup. Yesus dan Yohanes menampakkan kerendahan hati dan ketaatannya pada kehendak Bapa.

Semoga dengan baptisan yang kita terima, semangat rendah hati dan taat setia dicurahkan kepada kita.

Di Parangtritis naik kuda,
Kuda gagah berkaki lima.
Syukur atas baptis mulia,
Kita kini jadi satu keluarga.

Cawas, makin rendah hati…
Romo A. Joko Purwanto Pr

Editor : Vladimir Langgeng
Sumber :

Artikel Terkait