Hutan Sherwood

5 Januari 2023, 11:35 WIB

Puncta 05.01.23
Kamis Biasa Masa Natal
Yohanes 1: 43-51

ORANG kadang dinilai dari mana dia berasal. Sebuah daerah atau wilayah tertentu mempunyai konotasi tertentu juga.

Misalnya, hutan Sherwood di Nothingham dikenal sangat menakutkan bagi para pejabat-pejabat khususnya penguasa di Nothingham.

Di hutan itu tinggal gerombolan para pencuri, penjahat, perampok harta kekayaan para pangeran. Mereka tidak segan-segan membunuh untuk merampok harta orang kaya.

Mereka suka menebar teror bagi para penarik pajak yang korup dan menindas yang lewat di hutan itu.

Kehadiran Robin Hood membuat hutan Sherwood menjadi legenda. Robin Hood adalah julukan bagi veteran perang salib yang pulang ke Inggris. Dia kecewa dengan penguasa yang korup dan menindas rakyat kecil.

Robin Hood memimpin gerombolan para pencuri dan perampok di hutan Sherwood. Mereka mengambil harta para penguasa yang korup dan kejam. Hasil rampasan mereka bagikan kepada orang-orang kecil, miskin dan kaum papa.

Hutan Sherwood yang dikenal dengan stigmata negatif, dengan kehadiran Robin Hood berubah menjadi wilayah yang melegenda.

Namun bagi para penguasa, Robin Hood dan Sherwood identik dengan penjahat dan wilayah yang melawan orang-orang kaya.
Para penguasa mengecap Sherwood dengan stigmata buruk.

Begitu juga penilaian Natanael terhadap kota Nazaret tempat Yesus tinggal. Dia bertanya pada Filipus yang mengenalkan Yesus, “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?”

Menurut pandangan umum waktu itu, tidak ada yang bisa dibanggakan dari Nazaret.

Tetapi Filipus meyakinkan Natanael untuk membuktikan dulu sebelum menilai. “Mari dan lihatlah,” kata Filipus.

Yesus memandang Natanael dan berkata, “Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya.” Yesus sudah melihat siapa Natanael sesungguhnya.

Dengan pandangannya itu, Natanael dipandang sebagai orang jujur, apa adanya, suka “blak-blakan, tanpa tedeng aling-aling.” Buruk dikatakan buruk, baik dikatakan baik.

Penilaian Yesus ini juga mengubah pandangan Natanael. Yang awalnya meragukan, setelah mengenal Yesus, ia menjadi percaya,

“Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel.”

Inilah proses beriman. Dari tidak percaya, meragukan, kemudian terjadi perjumpaan dan pengenalan, terus memutuskan untuk percaya dan yakin.

Natanael kemudian bisa merumuskan imannya sendiri. Dia menyebut Yesus sebagai Anak Allah dan Raja Israel.

Bagaimanakah pengenalan kita kepada Yesus sampai saat ini?

Apakah kita bisa merumuskan iman secara pribadi ataukah kita hanya kenal Yesus melalui buku, ajaran, pewartaan katekis, guru agama, pastor atau cerita orang?

Sudah bisakah kita merumuskan secara pribadi siapa Yesus sesungguhnya bagi kita?

Jangan-jangan kita kenal Yesus hanya di permukaan saja, belum mengenal sampai sedalam-dalamnya. Belajarlah seperti Natanael itu!

Ke Cirebon singgah di Tegal,
Menikmati kopi di rest area.
Iman kita bisa sangat dangkal,
Tidak kenal Yesus sesungguhnya.

Cawas, ayoo terus belajar kenal Tuhan…
RD A Joko Purwanto Pr

Editor : Vladimir Langgeng
Sumber : sesawi.net

Artikel Terkait