KARANGANYAR,LOKAWARTA.COM-Mengusung spirit filosofi caping, Ketua DPD Partai Golkar Karanganyar Ilyas Akbar Almadani mendaftarkan 45 calon anggota legislatif (caleg) partai tersebut ke KPU setempat, Sabtu (13/5/2023).
Dari kantor DPD Partai Golkar menuju KPUD Karanganyar, Ilyas dan rombongan caleg DPRD Karanganyar diiringi 4 reog dan 17 penari jathilan yang semuanya memakai tutup kepala caping.
Tentu saja Ilyas punya cita-cita luhur terhadap Partai Golkar dan para calegnya, seperti filosfi caping yang dia usung ketika mendaftarkan 45 caleg DPRD Karanganyar.
Caping adalah penutup kepala berbentuk kerucut, terbuat dari anyaman bambu dan sering dipakai para petani ke sawah / ke ladang untuk bertani atau sekedar angon (menggembalakan) ternak. Kini, caping yang merupakan produk rumahan itu justru sering kali dipakai srbagai kerajinan atau handycraft yang dijual di pasaran dengan berbagai variasinya.
Wujud fisik caping yang menyerupai gunung, melambangkan sumber kehidupan semua mahkluk maupun beragam tumbuhan. Selain sebagai “gentong” sumber mata air, gunung juga merupakan lumbung berbagai sumber bahan makanan.
Masyarakat Jawa, memaknai gunung sebagai pelindung keberlangsungan hidup dan kehidupan yang harus dijaga kelestariannya. Lebih dari itu, jika dikupas lebih dalam, caping memiliki tiga lapisan.
Dua lapisan di tengah, dari bilahan bambu tebal, lebar dan kaku, berfungsi sebagai warangka atau tulangan, agar caping kuat dan kokoh bakoh.
Makna filosofinya, sebagai isyarat kehidupan umat manusia yang harus memiliki keyakinan atau keimanan teguh dan kuat, kepada Sang Maha Pencipta.
Maksudnya, sebagai seruan agar keimanan dan ketaqwaan umat manusia tidak mudah tergoyahkan dari berbagai godaan maupun nafsu duniawi yang melunturkan spirit religius penghambaan umat kepada Allah SWT.
Bagian atas caping yang tidak tampak dari luar, terbuat dari bambu yang ruasnya panjang berbilah kecil, halus dan rapi. Itu mengisyaratkan agar manusia senantiasa menunjukkan kehalusan budi pekerti kepada siapa saja.
Kehalusan yang utuh, tanpa ruas atau sekat yang membeda-bedakan antar golongan, suku maupun keturunan.
Caping bagian bawah, terbuat dari bilah bambu lebih lebar dari bagian atasnya. Selain itu, juga ada anyaman melingkar untuk menempatkan kepala
pemakainya.
Hal itu dimaksudkan sebagai seruan agar apa yang nampak di luar atau dimensi lahiriyah manusia, juga sama dengan dimensi batiniyah.
Sedang anyaman melingkar pada bagian dalam caping, hanya diikat dengan bagian dalam dan kerangka, sehingga tidak nampak dari luar. Itu mengisyaratkan agar kita senantiasa berusaha mengikat nafsu duniawiyah, termasuk diantaranya mengendalikan aura spiritual negatif dalam diri.
Keseluruhan kerangka caping, dibungkus dan diikat dengan anyaman bambu halus. Sebagai simbolis seluruh dimensi kehidupan manusia, haruslah dipaduharukan dengan kehalusan yang melingkar secara utuh dan menyeluruh, tidak boleh terbelah dan terputus-putus.
Caping yang bentuknya melingkar kemudian mengerucut, merupakan filosofi perjalanan spiritual religius manusia menuju titik perjalan hidup tertinggi sangkan paraning dumadi. Sebagamana kodrat jatidirinya, perjalanan hidup manusia yang akhirnya akan mengerucut kembali kepada Sang Pencipta
Bagian bawah caping yang bundar, dimaknai sebagai pralampita cakra manggilingan kehidupan di alam fana. Bagian atasnya yang berbentuk kerucut, tak lain sebagai tujuan menggapai puncak kehidupan, ke alam kelanggengan yang sering disebut alam baqa.
Caping, adalah pepeling bagi seluruh umat manusia. Agar hati nuraninya senantiasa eling lan waspada dalam menselaraskan harmonisasi habulu minallah dan habluminannas.
Sebagaimana diisyaratkan dalam spirit religius Islam, agar manusia senantiasa memberi pencerahan kepeda seluruh umat sekalian alam semesta, sebagai manifestasi spirit religius rahmatan lil ‘alamin.(*)
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : | Ki Panji Koeswening |