Iman Tidak Hanya di Mulut

7 Desember 2023, 09:18 WIB

BARU saja dalam ibadah hari Minggu di gereja, umat memuji nama Tuhan dengan menyanyikan lagu.

Mereka berdendang dengan keras-keras, “Ajarilah kami bahasa cinta-Mu, agar kami dekat pada-Mu.”

Setelah ibadat selesai, umat berdesak-desakan pulang. Di pintu gapura orang berebutan untuk cepat-cepat keluar.

Karena semua ingin paling cepat terjadilah tubrukan. Seorang ibu yang berboncengan dengan anaknya menubruk mobil. Anaknya terpelanting dan mukanya berdarah-darah.

Sopir mobil itu tidak turun menolong malah, berteriak marah-marah, “Bodoh, goblok, Matanya juling ya, kalau naik motor lihat-lihat. Tidak asal seruduk saja!”

Orang itu baru saja keluar dari Gereja berseru-seru, “Ajarailah kami bahasa cinta-Mu,” tetapi setelah itu dari mulut yang sama keluar sumpah serapah seperti mitraliyur tak henti-hentinya memberondong ibu dan anaknya yang terjatuh.

Yesus berkata, “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku, ‘Tuhan, Tuhan’ akan masuk Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga.”

Tiap hari ke gereja, baca dan hapal ayat-ayat Kitab Suci, rajin pelayanan di kelompok doa, tiap saat rajin doa kerahiman ilahi dan doa Angelus.

Pada bulan Mei dan Oktober tidak lowong berdoa rosario dan ziarah ke sembilan gua Maria, tetapi pelitnya minta ampun kepada tetangga sebelah yang miskin.

Orang itu tak peduli dengan sesamanya yang miskin, yang untuk makan satu kali sehari pun harus mengais dari kerjaannya memulung.

Yesus memberi gambaran, bukan orang yang selalu berseru-seru menyebut nama Tuhan yang akan masuk surga, tetapi mereka yang mendengarkan sabda-Nya dan tekun mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Merekalah yang akan menerima berkah-Nya.

Kita sering kali terjebak pada tata tertib ritus-ritus ibadah, tata upacara, hal-hal lahiriah dan permukaan, biar dianggap saleh dan suci. Tetapi kita lupa mewujudkan iman dalam praktek kehidupan sehari-hari.

Membangun tempat ibadah yang megah dan mewah dimana-mana, tetapi tetangga sebelah sakit, menderita, miskin dan kelaparan, kita tidak peduli.

Sekali lagi kita dikritik keras oleh Yesus. “Bukan setiap orang yang berseru, ‘Tuhan, Tuhan’ akan masuk Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga.”

Apakah yang dikehendaki Tuhan? Kasihilah sesamamu seperti engkau mengasihi dirimu sendiri.

Jika ada teman lapar, berilah makanan. Jika ada tetangga sakit, bantulah dia. Jika ada teman yang kedinginan, berilah pakaian. Jika ada orang yang bersedih, hiburlah dia.

Selagi kita masih berpunya, ulurkanlah tangan untuk menolong mereka. Pada waktu itu, kita sedang melaksanakan kehendak Tuhan yang di surga.

Naik kereta senja menuju ke Banyuwangi,
Lanjut menyeberang ke Pulau Dewata.
Apalah artinya menjadi saleh dan suci,
Kalau banyak orang sengsara di dekat kita?

Cawas, marilah kita peduli

Puncta 07.12.23
Alexander Joko Purwanto Pr

Editor:Vladimir Langgeng
Sumber:

Artikel Terkait