Inspirasi Bisnis Tren 2022 Jebolan DSC12 : Dari Startup Digital hingga Bisnis Ramah Lingkungan

23 Januari 2022, 01:12 WIB

LOKAWARTA.COM,JAKARTA-Melalui proses seleksi cukup panjang dari Juli 2021, terpilih enam challengers yang berhasil mendapatkan hibah modal usaha dalam Diplomat Success Challenge (DSC).

Yakni, Nico Japar (Portale Cloud Kitchen), Yenni Angreni (Arcia Oil), Vania Audrey Pakpahan (Pijak Bumi), Gayatri Puspita (GUI), M. Fadli Nugraha (Gamma Waste), serta Best of the Best DSC12, Anak Agung Gde Rai Adi dengan bisnisnya yang bergerak di teknologi edukasi yaitu Koding Akademi.

Masih ada dua finalis yang mendapat penghargaan khusus dari DSC12 atas ide bisnisnya yang inovatif, memiliki potensi tinggi serta memiliki dampak sosial yang baik. Yaitu Fauzan Fathullah (hayVee) sebagai The Most Social Impact dan Bagas Reggas (Greenland) sebagai The Most Potential Business.

Semua pemenang juga mendapat kesempatan pendampingan bisnis dari DSC selama 2 tahun ke depan serta bergabung dengan jejaring wirausaha Diplomat Entrepreneur Network (DEN).

“Secara resmi tutup rangkaian DSC12 dan dengan bangga kami perkenalkan para pemenang penerima hibah modal usaha beserta profil bisnisnya,” kata Surjanto Yasaputera, Ketua Dewan Komisioner DSC 12 sekaligus Founding Father Program DSC, dalam siaran pers, Jumat (21/1/2022).

“Keenam penerima hibah modal usaha dan dua orang penerima penghargaan khusus merupakan yang terbaik dari total 18.233 ide bisnis yang mendaftar di DSC12.”

“Setelah melewati banyak tahapan seleksi, akhirnya kami berhasil menjaring wirausahawan potensial yang memiliki kualitas 3P (Paham, Piawai, Persona), yang merupakan 3 kualitas terpenting yang harus ada di diri seorang entrepreneur,” jelasnya.

Ragam Kategori Bisnis DSC12

Sejak awal dibuka pendaftaran 19 Juli 2021, DSC12 menerima ratusan ide bisnis setiap harinya. Persebaran pendaftar DSC12 juga merata dari Sabang hingga Merauke, sehingga kiprah DSC sebagai ekosistem wirausaha semakin dikenal secara nasional.

Jumlah pendaftar wanita di tahun ini juga melebihi pendaftar lelaki, yaitu 57% pendaftar wanita dan 43% pendaftar lelaki. “Ini menunjukkan bahwa Indonesia saat ini memiliki ribuan bahkan mungkin jutaan potensi womenpreneur yang siap memberi kontribusi nyata di masa depan,” kata Antarina SF Amir, Dewan Komisioner DSC12 yang juga akademisi.

Dari segi kategori bisnis, juga merambah menjadi content creator. Walaupun bisnis food & beverage masih mendominasi profil bisnis dari 18.233 pendaftar, menurut Helmy Yahya, Dewan Komisioner DSC12, namun kategori bisnis lain tidak lepas dari sorotan.

“Terutama mengenai banyaknya bisnis dengan visi dan misi keberlanjutan yang ramah lingkungan. Dan kami lihat semua bisnis yang masuk ke tahap final merupakan bisnis yang memiliki storytelling yang kuat soal sustainability,” jelasnya.

Bapak Brand Lokal Indonesia, Handoko Hendroyono, sekaligus Mentor Nasional DSC12 mensmbahkan, banyak bisnis yang dalam prosesnya memanfaatkan limbah sampah, material-material bekas dan lain sebagainya. Salah satunya adalah GUI milik Gayatri Puspita, salah satu finalis DSC12 yang dalam proses bisnisnya mentransformasikan limbah menjadi produk-produk kriya berkualitas tinggi.

Ada pula Greenland besutan Bagas Reggas yang mendapatkan penghargaan sebagai The Most Potential Business DSC12. Greenland bergerak dalam bidang produksi dan pengolahan produk perawatan hewan berbahan dasar limbah organik seperti limbah buah kelapa, kopi, padi, ampas tahu, dan lain sebagainya.

“Brand lokal mengalami kebangkitan yang luar biasa dalam beberapa tahun terakhir, terutama dengan adanya kondisi pandemi yang menjadi akseleratornya,” kata Handoko.

“Bisnis kriya & fashion serta food & beverage adalah dua kategori unggulan saat ini dari jutaan brand lokal di luar sana, namun betapa luar biasanya saat kedua kategori bisnis populer tersebut dikawinkan dengan konsep sustainability dan kesadaran akan lingkungan.”

“Saya bangga dapat berkesempatan menjadi mentor dan menyaksikan ide-ide cemerlang ini di DSC12,” kata Handoko.

Selain itu, bisnis Startup Digital juga kian digandrungi pebisnis muda saat ini. Pesatnya perkembangan teknologi melahirkan banyak jawaban atas banyak permasalahan sosial masyarakat saat ini.

Dua di antaranya adalah bisnis milik Fauzan Fathullah yaitu hayVee yang bergerak sebagai platform digital untuk isu kesehatan mental dan seksual. hayVee sendiri diganjar dengan penghargaan khusus sebagai The Most Social Impact DSC12.

Ada pula bisnis Koding Akademi milik Anak Agung Gde Rai Adi yang menjadi The Best of the Best DSC12. Koding Akademi adalah bisnis yang berfokus pada pengembangan kemampuan digital untuk generasi muda, antara lain skill teknologi komputer, engineering, robotics dan science, semuanya disajikan dalam satu platform dengan modul pembelajaran yang kekinian.

“Koding Akademi adalah platform edukasi yang fokus mengajarkan ilmu coding dan robotics untuk anak-anak usia dari 7 hingga 20 tahun,” tutur Anak Agung Gde Rai Adi, Founder & CEO Koding Akademi mengenai profil bisnisnya secara singkat.

“Kami berusaha mengenalkan 2 kemampuan ini sejak usia dini untuk mengakselerasi kemampuan teknologi generasi muda Indonesia agar dapat bisa lebih produktif dengan teknologi, sehingga di masa depan akan menghasilkan tenaga-tenaga terampil yang matang dengan lebih banyak pengalaman”, tuturnya.

Lebih jauh lagi mengenai motivasi mengikuti DSC12 dan rencana bisnis ke depan setelah mendapatkan hibah modal usaha, Adi, begitu ia disapa, mengungkapkan kebanggaannya.

“Motivasi awal saya mengikuti DSC adalah untuk membawa brand Koding Akademi untuk scale up lebih cepat untuk jadi lebih besar, lebih matang dari segi konsep dan rencana bisnis, serta pemasaran,” kata Adi.

“Dapat menjadi yang terbaik dari 18.233 total peserta adalah kebanggaan yang luar biasa. Hibah modal usaha akan kami pergunakan untuk mengimplementasikan strategi pemasaran dengan kolaborasi, memperkuat tim dan infrastruktur, dan pastinya pengembangan produk produk Koding Akademi,” pungkasnya.

Editor:Vladimir Langgeng
Sumber:

Artikel Terkait