Puncta 15 Juni 2024
HETTY Koes Endang pernah mengungkapkan perasaan orang yang dikhianati karena janji, lewat lagu yang berjudul “Dingin.” Salah satu liriknya berbunyi demikian:
Kau janjikan berbulan madu ke ujung dunia
Kau janjikan sepatuku dari kulit rusa
Tapi janji tinggal janji
Bulan madu hanya mimpi. Tapi janji tinggal janji di bibirmu
…
Malam yang dingin aku sendiri
Dingin dingin hati ini tambah dingin, entah mengapa
Kalau cinta memang aku sudah tak punya. Airmata ku pun kini keringlah sudah
Dingin….
Janji atau sumpah sering diucapkan orang. Ketika dilantik seorang pejabat mengucapkan sumpah. Tetapi seringkali sumpah itu seperti formalitas belaka. Banyak pejabat yang ditangkap KPK karena melanggar salah satu sumpah jabatan yakni memperkaya diri dengan korupsi.
Dalam kotbah di bukit, Yesus mengingatkan orang-orang. “Kalian telah mendengar apa yang disabdakan kepada nenek moyang kita,’ Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di hadapan Tuhan.”
Tetapi Yesus mengingatkan jangan sekali-kali bersumpah kalau tidak mampu melaksanakannya.
Ia menegaskan kepada semua orang, “Jika ya, hendaklah kalian katakan: ya, jika tidak, hendaklah kalian katakan: tidak. Apa yang lebih daripada itu berasal dari si jahat.”
Kita mudah sekali berjanji, tetapi juga mudah untuk tidak menepatinya. Berapa banyak orang dikecewakan karena janji-janji palsu.
Agar bisa dipilih jadi wakil rakyat, orang memberi janji-janji. Soal ditepati atau tidak itu urusan nanti.
Seringkali orang mudah berjanji bahkan dengan membawa nama Tuhan segala, hanya untuk berbohong demi sebuah jabatan. Ini jelas melanggar suara hati kita. Melanggar suara hati berarti mengabaikan suara Tuhan.
Kepekaan suara hati itu harus dilatih sejak dini. Begitu pula belajar menepati janji itu harus dibiasakan sejak kecil.
Orang yang biasa tepat janji tidak perlu bersumpah. Dengan sendirinya ia akan menepati apa yang diucapkannya. Dan tidak perlu dia membawa-bawa nama Tuhan untuk berjanji.
Apa gunanya berjanji atau bersumpah atas nama Tuhan, kalau tidak bisa menepatinya. Lebih baiklah jika ia belajar menepati dahulu kata-katanya sendiri.
Janji-janji seribu janji,
Tapi tak pernah unjuk gigi.
Janganlah suka obral janji,
Kalau tidak bisa menepati.
Cawas, masih ingat janji politik?
Alexander Joko Purwanto Pr
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : | sesawi.net |