Jenghis Khan dan Burung Elang

3 Maret 2023, 06:50 WIB

Puncta 03.03.23
Jumat Prapaskah I
Matius 5: 20-26

JENGHIS KHAN (Genghis Khan) pemimpin Mongol bersama pasukannya berburu ke hutan. Setelah berkuda cukup lama, mereka kehausan. Mereka berhenti di sebuah air terjun yang jernih.

Jenghis Khan turun dari kuda dan melepaskan elang di pundaknya. Ia mengambil cangkir perak untuk menampung air dari bebatuan. Tenggorokannya terasa kering saking hausnya.

Namun tiba-tiba elang menukik dan menyambar cangkirnya. Cangkir jatuh dan airnya tumpah. Kejadian itu berulang beberapa kali.

Jenghis Khan marah karena diganggu oleh elang yang kurang ajar itu. Ia kemudian mengambil pedangnya. Ketika elang itu menyambar cangkirnya, dengan kemarahan yang meluap, ia tebas elang itu.

Jenghis Khan memungut cangkir peraknya yang jatuh. Betapa terkejutnya di dalam air yang jernih itu ada bangkai ular berbisa yang telah mati.

Ia baru tersadar, jika ia minum air yang bercampur racun ular itu, pasti ia akan mati.

Ia menyesal telah membunuh elangnya. Jika bukan karena tindakan elang, ia pulang tinggal nama.

Dibawanya elang itu ke perkemahan, dan ia menguburkannya di sana. Ia berpesan kepada para prajuritnya, “Jangan pernah kamu berbuat apa pun di saat kamu dibakar oleh kemarahan.”

Yesus mengajarkan kepada para murid-Nya, “Kalian telah mendengar apa yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa membunuh harus dihukum.

Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum.”

Yesus mengajak kepada para murid-Nya untuk berdamai dengan sesamanya. Apa gunanya memberi persembahan ke atas mesbah, jika hati masih menyimpan dendam dan amarah dengan saudaranya?

Pribadi yang hebat adalah pribadi yang bisa mengendalikan diri saat dikuasai oleh api amarah, tetap tenang walaupun dia dipermalukan dan bisa tersenyum walau pun dihina dan diremehkan.

Kemarahan seorang jendral yang berkuasa bisa mengakibatkan nyawa anak buahnya melayang. Kemarahan yang tidak dikendalikan bisa mengakibatkan tindakan sewenang-wenang terhadap orang yang lemah.

Seandainya Bapak Jendral itu bersabar dan menahan nafas sebentar saat dia dikuasai amarah, mungkin saja dia bisa terbebas dari penyesalan dan kesedihan seumur hidup.

Tetapi yang namanya penyesalan selalu datang di kemudian hari.

Jika saja pemuda kaya raya itu bisa mengendalikan amarahnya, pastilah ia tidak akan menghuni dinginnya jeruji besi dan menyeret banyak orang menanggung beban amarahnya.

Ada nasehat bijak yang berkata, “Buatlah kemarahan itu sangat mahal harganya, sehingga kita tidak mampu membelinya. Tetapi buatlah kebahagiaan hatimu begitu murahnya sehingga banyak orang bisa mendapatkannya secara gratis.”

Apa yang diwariskan Genghis Khan itu sangat bijaksana, “Jangan berbuat apa pun jika engkau sedang dirundung api amarah,”

Kitab Masmur juga berkata, “Janganlah matahari sampai terbenam sebelum padam amarahmu.”

Mari kendalikan diri jangan mudah dikuasai amarahmu.

Nulis jurnal sampai berlembar-lembar,
Melirik-lirik sampai matanya juling.
Kemarahan hati yang berkobar-kobar,
Seperti api yang menjilat rumput kering.

Cawas, dia yang membuatmu marah, menaklukkanmu…
RD A Joko Purwanto Pr

Editor : Pilih Nama Editor
Sumber :

Artikel Terkait