Kabar Burung yang Menghancurkan

9 Desember 2022, 08:51 WIB

Puncta 09.12.22
Jumat Adven II
Matius 11: 16-19

GARA-GARA celoteh burung Wilmuna, kendaraan Prabu Sitija, maka dia jadi marah dan menghajar Samba, adiknya.

Sitija menikah dengan Hagnyanawati. Tetapi Hagnyanawati sebenarnya mencintai Samba. Samba melarikan Hagnyanawati ke Dwarawati.

Sitija tahu sebenarnya Hagnyanawati terpaksa menikah dengannya. Hal ini terbukti dari permintaan istrinya yang minta dibangunkan jalan raya melewati Astana Gadamadana yakni pemakaman para leluhur Mandura.

Jelas ini sebuah siasat penolakan halus dari Hagnyanawati. Permintaan yang sangat sulit dipenuhi.

Akhirnya dengan ikhlas hati Sitija memberikan istrinya kepada Samba. Namun Wilmuna memprovokasi Sitija. Ia bilang bahwa Samba menghina Sitija yang dianggap tidak punya harga diri, memberikan istrinya kepada orang lain. Sitija jadi terbakar amarah dan mencungkil mata Samba.

Burung Wilmuna tidak berhenti di situ. Ia bilang ke Sitija, “Walaupun sudah tidak melihat, tapi kaki dan tangan Samba mengepal seperti mau melawan paduka.”

Sitija muntab amarahnya dan memotong kaki dan tangan adiknya. Kaki dan tangan Samba “disempal-sempal.”

Burung Wilmuna masih memanas-manasi Sitija, “Samba masih bisa berdiri seolah dia ingin menantang paduka.”

Karena provokasi si burung Wilmuka, akhirnya Samba dijuwing-juwing atau dipotong-potong sampai mati. Istilah sekarang dimutilasi.

Gara-gara kabar burung yang selalu memprovokasi ini akhirnya perang besar terjadi antara Trajutrisna dan Dwarawati.

Mengikuti kabar burung tidak akan ada habis-habisnya. Begitu pula mengikuti keinginan orang banyak tidak ada selesainya. Tidak mungkinlah kita bisa memuaskan hati setiap orang.

Yesus tidak paham dengan kemauan atau keinginan angkatan yang menuntut suatu tanda.

“Dengan apakah akan Kuumpamakan angkatan ini? Mereka itu seperti anak-anak yang duduk di pasar dan berseru-seru kepada teman-temannya, “Kami meniup seruling bagimu, tetapi kalian tidak menari. Kami menyanyikan kidung duka, tetapi kalian tidak berkabung.”

Maunya keinginan mereka selalu dipenuhi. Jika keinginannya tak terpenuhi, mereka marah, menuduh dan mempersalahkan.

Misalnya, Yohanes Pembaptis datang, tidak makan dan tidak minum, disalahkan dan dianggap “kerasukan setan.”

Anak Manusia yaitu Yesus datang, makan minum, mereka menyebut sebagai pelahap, peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa.” Yesus pun ditolak dan tidak diterima.

Kita tidak mungkin bisa memenuhi dan memuaskan keinginan semua orang. Kita diajak konsisten dengan panggilan dan pilihan hidup kita sendiri. Yang penting kita bisa mempertanggungjawabkannya.

Menanti hasil final piala dunia.
Jagoku tetap Mesi dan Argentina.
Kabar burung tidak jelas asalnya,
Hanya merusak dan hancur semuanya.

Cawas, jangan percaya kabar burung
RD A Joko Purwanto Pr

Editor : Vladimir Langgeng
Sumber : sesawi.net

Artikel Terkait