LOKAWARTA.COM,KARANGANYAR-Bagi romo Ardi, rumah tidak sekedar bangunan. Rumah adalah tempat interaksi, membangun relasi, merasakan suka dan duka bersama keluarga. Dan rumah pulalah tempat tumbuhnya iman keluarga yang menampatinya.
“Dengan pemahaman ini, artinya keluargalah yang membangun itu semua,” kata romo Ardi ketika memimpin misa pemberkatan rumah di perumahan Lembah Hijau Jeruk Sawit, Gondang Rejo, Karanganyar, Minggu (1/5/2022).
Sebagai rumah tinggal, pesan romo Ardi, jadikanlah tempat yang homie, nyaman, ngangeni, betah, dan menyenangkan. Artinya, yang ada di rumah selalu punya daya tarik yang membuat tidak mau melupakan apa yang ada di rumah.
“Kalau ada salah satu anggota keluarga di rumah yang tidak betah dan suka mencari hal-hal di luar rumah yang membuat nyaman, ini pertanda ada sesuatu yang salah di rumah itu,” kata romo.
“Entah orang-orangnya, entah isi di dalam rumah, dan lingkungan sekitar. Ini perlu disadari, karena bagaimana pun, rumah adalah tempat sebuah keluarga untuk membangun cinta dan iman,” kata pemilik nama lengkap Alfonsus Ardi Jatmiko SJ itu.
Jika rumah sudah sedemikian itu, kata romo Ardi selanjutnya, rumah pun akan menjadi suatu tempat untuk menimba kesegaran dan kekuatan baru untuk menghadapi tugas-tugas hidup. Jika ada tantangan menimpa, rumah dapat memberi kelegaan.
“Jika orang mendapat kesusahan, di rumah lah ditemukan obatnya. Apa itu? Suasana cinta antar suami istri dan anak menjadi sumber kekuatan yang mampu menghapus segala duka dan membesarkan hati yang takut,” kata pamong di SMK Mikael Solo itu.
Dikatakan, yang menjadi kunci kebahagiaan rumah tangga bukanlah harta, bukanlah kemegahan, bukanlah komplit dan mewahnya perabot. bukan kokoh dan indahnya bangunan, namun suasana di rumah itu sendiri.
Rumah yang selalu rapi, bersih, dan hubungan antar anggota keluarga yang mencerminKan kekeluargaan serta cinta kasih membuat orang yang tinggal didalamnya nyaman, krasan, dan tentram.
“Rumah dapat menjadi tempat penuh kenangan jika yang dibangun rumah itu adalah kenang-kenangan yang indah, baik dan meneguhkan,” kata romo muda asal Semarang itu.
“Cara inilah yang digunakan Yesus untuk membangkitkan kesadaran para murid akan kehadiran-Nya. Yesus menunjukkan dirinya dengan memerintahkan para murid untuk menebar jala agar mendapat banyak ikan.”
Menurut romo Ardi, pengenalan kembali pada para murid tentang penjala ikan berujung pada perutusan yang harus dilaksanakan, yaitu menjadi gembala. Petrus diminta menjadi gembala manusia setelah Yesus menanyai hingga tiga kali.
Dasar perutusan itu adalah kasih Allah sendiri. Kasih Allah menggerakan setiap orang yang percaya untuk siap sedia diutus di mana pun dan kapan pun. Keteguhan dalam menjalani perutusan tergantung pada seberapa teguh kita mengasihi Allah.
“Tentu saja dalam hidup berkeluarga, perutusan paling kongkret adalah membangun keluarga,” pungkasnya.
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : |