SOLO,LOKAWARTA.COM-Cabai, bawang merah dan beras yang menjadi komoditas utama dan paling sering menyumbang inflasi di Soloraya dan menjadi komoditas utama GNPIP atau Gerakan Nasional Pengendali Inflasi Pangan yang dicanangkan Bank Indonesia.
Nah, untuk menjaga stabilitas harga agar komoditas itu tidak mengganggu pengendalian inflasi, program pedampingan dilakukan pada sisi pasokan/produksi melalui adopsi teknologi baru guna menjaga produksi sepanjang tahun, peningkatan produktivitas dan efisiensi biaya.
Pada sisi off farm atau pasca panen, program dilakukan melalui pengolahan komoditas pertanian menjadi produk olahan yang bernilai lebih dan dikombinasi dengan kampanye konsumsi produk olahan pertanian.
Seperti pelatihan hilirisasi komoditas pangan/pertanian dalam rangka Gerakan Nasional Pengendali Inflasi Pangan yang menyelenggarakan Bank Indonesia/BI Solo. Sejumlah pelaku UMKM dan pondok pesantren di Solo Raya mengikuti pelatihan selama sepekan, 28 Agustus hingga 2 September 2023, yang dilaksanakan di laboratorium Boga SMKN 4 Solo.
Pelatihan yang dilaksanakan 100% praktek dan dibimbing oleh Delli Gunarsa, CEO D & D Food itu, masing masing dua hari tema olahan yaitu cabai, bawang merah dan beras. Setiap tema akan mengolah 4-5 resep produk yang bisa langsung dipraktekkan oleh peserta.
Pelatihan memberikan ilmu dan praktik membuat produk olahan cabai, bawang merah dan beras menjadi produk sambal dalam kemasan botol, abon cabai, acar kemasan, chilli oil, bawang merah pasta kemasan, bawang merah fresh kemasan, rice crackers, beras instan dan lain sebagainya.
Peserta juga mendapatkan ilmu cara memilih kemasan yang aman, terjangkau dan menarik serta melakukan penghitungan HPP produk dengan mempertimbangkan biaya produksi dan harga produk pesaing.
“Selain berperan dalam pengendalian inflasi, dengan mengembangkan produk dengan daya simpan lebih panjang, pelatihan hilirisasi komoditas pangan/pertanian dalam ini juga untuk mendorong peningkatan jiwa entrepreneurship dan meningkatkan pendapatan melalui pengembangan produk baru yang lebih bernilai tambah,” kata deputy kepala BI Solo Bimala ketika memberi sambutan dalam pembukaan pelatihan itu
Pelatihan itu menjadi awal program hilirisasi yang dilaksanakan KPw BI Solo dan ke depan akan terus dilakukan monitoring serta pendampingan kepada peserta dalam proses pengembangan produk dan unit-unit usahanya.
Dan selanjutnya, diharapkan Soloraya mempunyai unit produksi/factory sharing pengolahan komoditas pertanian yang dikelola para petani dan pondok pesantren dengan menyerap komoditas pertanian di sekitarnya dan memberdayakan petani serta pekerja lokal.
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : |