BANDUNG, LOKAWARTA.COM – Band rock industrial asal Bandung, Koil resmi meluncurkan proyek installment dengan tajuk Second Installment pada Minggu, 6 Juni 2021, sebagai rencana skema album baru.
Tahun lalu, band yang beranggotakan Otongkoil (vokal), Donnyantoro (gitar), F.X. Adam Joswara (bass, synthesizer), dan Leon Ray Legoh (drum) telah meluncurkan seri perdananya berjudul First Installment.
Setali tiga uang dengan proyek pertamanya, Second Installment menjadi oase bagi penggemar Koil, yang disebut Koil Killer Klub, yang lelah menunggu kepastian rampungnya album baru Koil.
Perbedaan mendasarnya, dalam Second Installment ini Koil memberikan banyak kejutan dan terkesan jauh lebih bersenang-senang. Seolah menunjukkan bahwa kreativitas bermusik Koil masih sangat prima dan tidak pudar karena usia.
“Rilisan ini dilabeli dengan istilah yang Koil buat sendiri, yakni Super Maxi Single. Alasannya, mengacu pada jumlah lagu yang terlampau banyak untuk sebuah rilisan kumpulan single,” tutur Otongkoil dalam siaran pers (23/6/2021).
Secara total ada 25 lagu dari seluruh kepingan bab Second Installment dengan rincian 3 lagu baru berbentuk demo, 3 lagu rekondisi, 6 lagu kaver favorit, 3 lagu era awal Koil, dan 10 lagu sesembahan untuk pahlawan musik Koil, yakni Pink Floyd.
Untuk mendapatkan karya Koil terbaru, Second Installment yang dibagi menjadi tiga pilihan cakram padat berbeda tersebut, penggemar bisa memilih dua versi.
Versi pertama adalah cetakan killer.drawing.skills yang berisi dua kepingan CD audio yang hanya bisa didapatkan dengan cara membeli paket t-shirt, di mana desainnya dibuat khusus oleh gitaris, Donikoil (sapaan akrab Donnyantoro,- Red).
Untuk cetakan killer.drawing.skills, Koil menawarkan tiga bab musikal yang terdiri dari, Rasa Sakit adalah Santet, Reworks and Recondition, dan Heavenly Tunes.
Versi kedua berupa kemasan digipack yang juga berisi dua CD audio keluaran label independen satu kotanya, yakni Warkop Musik. Untuk cetakan Warkop Musik, materi ‘Heavenly Tunes’ diganti oleh bab berjudul Treasure from the Past.
“Kesamaan kedua rilisan baik killer.drawing.skills ataupun Warkop Musik ada pada CD audio special A Tribute to Pink Floyd,” imbuh Otongkoil.
Untuk materi baru Koil, mereka menyematkannya dalam bab ‘Rasa Sakit adalah Santet’ yang isiannya masing-masing berjudul, Mitra Iblis, Tak Ada Wifi di Alam Baka, dan, Rasa Sakit Terakhir.
Lazimnya, lagu “Mitra Iblis” dan “Tak Ada Wifi di Alam Baka” mengedepankan ciri khas yang kental dengan identitas Koil selama ini. Berputar pada riff-riff rock masa lampau dengan sentuhan atmosfer gelap serta bassline dengan bunyi perkusif pemicu adrenalin.
Sedangkan untuk “Rasa Sakit Terakhir”, Koil tampil lebih tenang dengan hanya mengandalkan kelirihan bunyi akustik tanpa mengesampingkan sisinya yang tetap dingin dan gelap.
Secara lirik, tema-tema lagu baru Koil tersebut merekam kegelisahan personal Otongkoil selaku penulis lirik terhadap fenomena serangan dan hal-hal ghaib yang dialaminya saban hari.
Namun, kadarnya dibuat menjadi sebuah perayaan dan mengglorifikasi apa yang dialaminya tersebut menjadi kenyataan yang mesti dihadapi tanpa harus merengek. Hal itu dibumbui juga dengan gaya berandalan dan pemilihan diksi-diksi pedas bertabur dimensi-dimensi menyeramkan.
Pada “Mitra Iblis”, misalnya. Liriknya sudah berbisa sejak lagu dimulai. Belum lagi lagu ini mematri mantra-mantra ghaib pemanggil setan. Tak sampai di situ, lagu ini juga menyelinapkan bunyi menggelitik di penghujung lagu, “Si tukang santet, i love you so much. Si tukang santet tetap semangat.”
Sementara pada lagu “Tak Ada Wifi di Alam Baka”, Otongkoil menyinggung fenomena janji-janji manis kebahagiaan angin surga di akhirat kelak yang seolah kudu berpatok pada kadar keimanan seseorang di dunia.
Dalam lagu ini, nafas serampangan Koil juga sangat kentara dengan topangan sampling penuh kelakar yang disertakan di pembuka lagu. Berupa dialog dari film psikopat berjudul “Pemberang” (1972).
Selain itu, Koil menghadirkan lagu-lagu dari Blacklight Shines On (2007) dengan gaya baru. “Kenyataan Dalam Dunia Fantasi” dibawakan dengan aransemen atmosfer hard rock dengan sempilan singkup progresif yang kental. Sedang “Nyanyikan Lagu Perang” diberi imbuhan lebih danceable jika dibanding versi aslinya.
Pada “Sistem Kepemilikan”, aransemen dibuat lebih unik dengan permainan gitar akustik dan sampling di akhir lagu yang diambil dari potongan film, lantunan bait pertama lagu “Janji” milik kelompok pop ‘80-an, Niagara hingga pembacaan novel erotis “Sepanas Bara” karya Enny Arrow.
Catatan penting, potongan novel erotis ini merupakan kisah lanjutan atau sekuel dari cerita ”Sistem Kepemilikan” versi First Installment. Lagu ini konon memang disiapkan untuk menjelma menjadi serupa sanggar cerita tapi dengan pendekatan yang vulgar atau dengan istilah mereka, porn audio.
Sedangkan dalam bab “Heavenly Tunes”. Koil menyisipkan reinterpretasi atas enam lagu dari enam band favorit. Enam lagu tersebut adalah “Back on Track” dari Apoptygma Berzerk, “Rave Down” (Swervedriver), “Nonstop to Nowhere” (Faster Pussycat), “You Need the Drugs” (Westbam Feat. Richard Butler), “Testament” (VNV Nation) dan “Perfect Crime” (Lucyfire).
Untuk bab ‘Treasure from the Past’ yang termuat dalam rilisan Warkop Musik. Koil memunculkan harta karun yang terkubur lama dari materi album perdana mereka, Self Titled (1996). Harta karun tersebut adalah “Senyawa Mesin” versi demo awal, instrumental dan versi bahasa inggris yang memiliki judul “1986 (Tidewater)”. Materi-materi ini tercatat menjadi kali pertama diperkenalkan ke publik.
Pada sisi paling monumental dan juga menjadikannya catatan khusus, Koil dengan penuh gairah menghadirkan satu keping cakram padat berisi lagu-lagu dari band legendaris asal Inggris, Pink Floyd, dengan titel A Tribute to Pink Floyd.
Koil membongkar seluruh trek dari album sakral The Dark Side of the Moo. Seluruh bebunyian tiup diganti oleh gitar fuzz, dan sampling originalnya didaur ulang dengan cita rasa yang sangat lokal. Dan departemen vokalnya diisi oleh Otongkoil, Donikoil dan F.X. Adam Joswara.
Di luar seluruh materi The Dark Side of the Moon. Koil juga memasukan lagu-lagu dari album Pink Floyd lainnya, yang berjudul “Wish You Were Here” (album ‘Wish You Were Here’) dan “Nobody Home” (‘The Wall’).
Keunikan lain yang perlu digaris bawahi dalam A Tribute to Pink Floyd ini, Koil juga menghadirkan formula mixing yang berbeda dari biasanya. Jika didengarkan dengan speaker stereo yang bagus, menggunakan tombol ‘balance’ di speaker kiri adalah suara Otongkoil dan kanan suara Donikoil, dan di seluruh reffrain lagu speaker tengah adalah suara Vladvamp alias F.X. Adam Joswara.
Leon Ray Legoh juga akan menyumbangkan suaranya untuk seluruh materi dari The Dark Side of the Moon yang kepingan CD audionya akan dibuat terpisah menjadi rilisan khusus.
Proyek Second Installment ini dikerjakan selama kurang lebih 3 bulan sejak Januari hingga awal April 2021 di The Old Ghost House, Bandung.
Proyek Second Installment Koil ini juga melibatkan sederet musisi lain, yakni, Azthraal (vokal), Hizkia Marulitua (vokal, bass), Abraham Gerald Leingul (gitar), Joshua Frans Barnabas (synthesizers), Laksamana Landrims (drum), Edinese Pane (vokal latar), Sheefa Yudho (vokal latar), Nadya Gracia (vokal latar), Irfan Z Habibie (reworks) dan @jusa666 (artworks dan photography).
Proses akhir audio, mixing dan mastering, semuanya dikerjakan oleh Otongkoil dan Azthraal.
Editor | : | Arumi Chan |
---|---|---|
Sumber | : |