SETELAH mengalami proses panjang yang melelahkan serta beberapa kali mengalami penundaan akibat terkendala banyak faktor, Kongres X Gerakan Pemuda Marhaen (GPM) akhirnya bisa terlaksana.
Di “The Sukarno Center” Istana Tampaksiring Bali, 5 hingga 7 November 2021, ormas tersebut menggelar Kongres X, sehingga sudah sah (legitimate) dan diakui, tidak lagi dalam bentuk care taker.
Hari Satmoko, yang sebelumnya ketua care taker, terpilih secara aklamasi sebagai ketua umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Gerakan Pemuda Marhaen.
Selanjutnya di bawah ketua umum terpilih Heri Satmoko, GPM perlu segera menyusun langkah-langkah ke depan, sehingga kebangkitan GPM mampu memenuhi harapan rakyat, khususnya kaum Marhaen seantero Indonesia. Paling mendesak dan fundamental adalah konsolidasi internal.
Karena ormas yang dibentuk Presiden Sukarno itu telah mati suri lebih dari setengah abad. Sehingga, praktis banyak hal harus dibenahi. Ini penting dan mendasar agar GPM kembali eksis. Kembali menjadi ormas besar yang disegani, berpengaruh, dan memiliki daya tawar.
Itulah sebabnya, GPM juga dituntut memiliki fleksibilitas tinggi dalam berinteraksi dengan berbagai pihak, mitra, stakeholders, serta akomodatif terhadap setiap aspirasi yang berkembang, sekaligus adaptif terhadap dinamika banglingstra (perkembangan lingkungan strategis) nasional, regional, dan global.
Apabila semua tahapan dilaksanakan dengan baik, GPM tidak hanya akan diterima dan bermanfaat bagi kaum Marhaen bahkan seluruh rakyat, tapi juga dihormati dan dinanti para elite negeri ini.
Konkretnya, apabila GPM mampu membuktikan diri sebagai organisasi modern dan profesional, bukan tidak mungkin cita-cita masyarakat sosialisme Indonesia, yaitu masyarakat adil makmur berdasar Pancasila bakal terwujud. (Untung Suropati, Chairman IDSR)
Editor | : | Pilih Nama Editor |
---|---|---|
Sumber | : |