SOLO,LOKAWARTA.COM-Tak perlu diperdebatkan, apakah Yesus Kristus yang disebut Isa Almasih itu lahir di kandang atau di gua. Yang pasti pada malam natal ini, saya mengajak saudara-saudara sekalian berefleksi. Refleksi pengalaman hidup sehari-hari, bukan berdasar kitab suci.
Begitu kata Romo Lukas Bagus Dwiko SJ mengawali kotbah misa natal di Gereja Paroki Mahasiswa “Santa Maria Magdalena” Surakarta, Sabtu (24/12/2023) malam. Bagi Romo Dwiko SJ, kotbah itu yang terakhir, sebab dia akan pindah ke tempat lain, setelah 12 tahun melayani di paroki itu sebagai romo mahasiswa.
Di depan, kata Romo Dwiko SJ, gua itu tampak cantik, indah, dan terang. Tapi kalau masuk ke dalam, suasana gelap dan makin gelap. Bentuknya juga makin tak beraturan, licin karena berlumut dan banyak air. Banyak pula binatang berbahaya, seperti ular, kalelawar, kalajengking, tikus, dan lainnya.
Seperti halnya hidup manusia. Di depan, sering kali manusia itu terlihat baik, religius, suka berdoa, suka menolong, suka berbagi, baik hati, rendah hati, dan lain-lain, pokoknya yang baik-baik. Tapi begitu masuk ke dalam akan terlihat gelap, kehidupan seseorang tidak ingin diketahui orang lain, tak ingin diketahui banyak orang.
“Itulah diri kita yang masih hidup mengembara di dunia yang masih penuh dosa, iri, dengki, srei, dan ingin menang sendiri. Meski kita tiap hari ke gereja, tiap hari rosario dan novena, kadang kalau kita melihat orang yang dibenci ya tetap benci. Karena itu, yang penting bagi kita adalah selalu menjaga kontak dengan Tuhan, dalam situasi apa pun dalam kondisi apa pun,” kata Romo Dwiko SJ.
Romo mengakui, masih banyak orang yang merasa hidupnya kering, tidak bermanfaat bagi orang lain. Merasa Tuhan tak pernah hadir dalam kehidupannya. Apa-apa yang diminta dalam doa tidak pernah dikabulkan. Hidupnya merasa miskin (secara materi) dan tidak punya apa-apa.
Nah, dalam keputusasaan itu orang sering sering kali cari jalan pintas, mencari orang “pintar” pergi ke dukun agar cepat kaya dan terhormat. Begitu juga dengan orang yang merasa dekat dengan Tuhan dan hidup berkecukupan, merasa segala doanya selalu dikabulkan dan sering kali merasa sombong, baik disadari atau tidak.
“Kita tidak boleh begitu, hanya karena godaan duniawi, kita pergi ke dukun dan meninggalkan Tuhan. Orang kaya, orang beriman pun harus berhati hati, jangan sombong dengan kekayaan dan keimanannya karena setan akan terus menggoda. Ya, itulah kehidupan duniawi, yang terpenting bagi kita adalah berdoa, selalu menjaga kontak dengan Tuhan, sebelum kita dipanggil,” kata Romo Dwiko SJ.
“Malam natal ini adalah saat yang tepat untuk merefleksikan hidup kita. Apa yang telah kita perbuat, apa yang telah kita berikan pada Tuhan dan sesama. Bagaimana kita mendekat pada Tuhan, kalau kita menjauh dari sesama,” tuturnya.
Sementara itu banyak umat Katolik mengikuti kebaktian / misa natal di Gereja Paroki Mahasiswa “Santa Maria Magdalena” Surakarta itu. Tidak hanya para mahasiswa dan orang tua mahasiswa yang aktif di paroki tersebut.
Paroki mahasiswa yang dulu wisma mahasiswa dan berlokasi di kawasan RRI Surakarta itu terbilang unik. Dulu, kawasan seputar RRI Solo dikenal sebagai tempat mangkal perempuan nakal. Makanya, ketika orang tahu kalau nama santa pelindung yang dipakai Santa Maria Magdalena, umat setempat tertegun.
Pernah ada kejadian, saat ada operasi pekat (penyakit masyarakat) di kawasan itu banyak perempuan nakal yang lari dan berlindung di kompleks gereja. “Sejarahnya memang seperti itu, makanya kita menggunakan Maria Magdalena sebagai santa pelindung paroki,” kata Romo Dwiko SJ.(*)
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : |