Puncta 10.12.22
Sabtu Adven II
Matius 17: 10-13
SEGALA sesuatu itu harus ada awal, pertengahan dan akhir. Begitulah Pandawa telah dua kali mengirim duta atau utusan untuk mengingatkan Duryudana dan saudara-saudaranya untuk mengembalikan Negara Astina, Indraprasta dan seluruh jajahannya.
Duta pertama dijalankan Dewi Kunti, ibu para Pandawa. Tetapi tak ada hasil. Duta kedua adalah Prabu Drupada dari Pancala. “Gagar wigar tanpa karya” artinya tidak berhasil. Utusan ketiga dan terakhir adalah Batara Kresna.
Duta pertama dan kedua tidak digubris oleh Kurawa. Mereka justru dihina dan diremehkan oleh Duryudana. Keduanya pulang tanpa membawa hasil.
Kini Kresna ditugaskan untuk mengingatkan yang terakhir kalinya kepada Duryudana agar mengembalikan Negeri Hastina kepada para Pandawa.
Awalnya Kresna diterima baik di istana Hastina. Gendari, ibu para Kurawa menasehati anak-anaknya agar mendengarkan nasehat Kresna.
Demi menghormati orangtua, Duryudana menyetujui. Namun setelah Gendari meninggalkan istana, Duryudana menyobek-nyobek surat kesepakatan.
“Sedumuk bathuk senyari bumi,” katanya. Itu artinya tak akan sejengkal pun wilayah dari Hastina yang akan diserahkan kepada Pandawa.
Malah Duryudana memerintahkan semua prajurit untuk menangkap Kresna dan membunuhnya.
Tahu bahaya mengancam nyawanya, amarah Kresna memuncak. Kresna triwikrama. Ia berubah menjadi raksana setinggi Gunung Semeru yang menyemburkan awan panas.
Yesus mengingatkan bahwa Elia akan datang dan sebenarnya dia sudah datang. Tetapi orang-orang tidak menyadarinya.
Yesus melihat bahwa Yohanes Pembaptis itu adalah pengejawantahan Nabi Elia. Maka Ia berkata, “Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka.”
Tuhan sudah mengirimkan utusan-utsan-Nya yakni para nabi yang bertugas mengingatkan Bangsa Israel. Tetapi mereka selalu ditolak, ditangkap dan dibunuh.
Seperti Yohanes Pembaptis datang untuk meluruskan jalan menuju kebenaran. Bahkan Yohanes berani mengkritik raja Herodes yang berbuat salah.
Semangat Elia ada di dalam diri Yohanes Pembaptis. Ia berjuang untuk membawa orang-orang ke jalan yang benar. Tetapi Yohanes malah ditolak dan dibunuh.
Mereka memperlakukannya sesuai dengan kehendak mereka sendiri. Begitu pula nanti Yesus akan diperlakukan sama seperti nabi-nabi sebelumnya.
Di sekitar kita ada orang-orang benar yang diutus untuk meluruskan jalan menuju kebenaran. Tetapi orang-orang itu justru disingkiri, dikucilkan, dipojokkan, dibuang dan dijauhkan karena tidak sesuai dengan keinginan mereka.
Franky Sahilatua pernah menulis lagu berjudul “Perahu Retak” untuk mengingatkan bangsa kita agar hidup dalam semangat kebenaran dan keadilan. Ini sebagian syairnya:
“Tanah pertiwi anugerah Ilahi, jangan makan sendiri.
Aku heran aku heran, satu kenyang seribu kelaparan.
Aku heran aku heran, keserakahan diagungkan.
Aku heran aku heran, yang salah dipertahankan.
Aku heran aku heran, yang benar disingkirkan.”
Mari kita mendengarkan suara kenabian dari orang-orang benar di sekitar kita.
Prabu Salya beristrikan Dewi Setyawati.
Ferdi Sambo istrinya Putri Candrawathi.
Kalau kita mau mendengarkan suara hati,
Kita akan memiliki cinta kasih yang sejati.
Cawas, dengarkanlah suara hati…
RD A Joko Purwanto Pr
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : | sesawi.net |