Kusni Kasdut

2 Juli 2022, 02:03 WIB

Puncta 01.07.22

BULAN Mei kemarin, ada seorang imam CM meninggal. Namanya Romo Theodorus Tandya Sukmana CM.

Romo Tandya dikenal punya hubungan dekat dengan Kusni Kasdut. Nama terakhir ini adalah “Robin Hoodnya Indonesia,” di era tahun 60-80an.

Romo Tandya sering berkunjung ke Penjara Kalisosok Surabaya untuk memberi siraman rohani Katolik bagi para narapidana.

Ignatius Kusni Kasdut adalah salah satunya. Kusni Kasdut dikenal sebagai perampok kelas kakap.

Kisah hidupnya ditulis oleh wartawan senior Kompas, Parakitri. Sepak terjangnya sungguh menggegerkan.

Ia bisa menembus Gedung Museum Nasional dan berhasil membawa lari emas batangan berkilo-kilo.

Ia juga menculik seorang dokter Tionghwa di Surabaya, membunuh polisi di Semarang dan merambok milyarder keturunan Arab di Jakarta.

Hasil rampokannya tidak untuk dirinya sendiri, tetapi dia bagi-bagi untuk orang-orang miskin yang kekurangan.

Dengan bimbingan Romo Tandya CM, Kusni Kasdut pasrah menghadapi hukuman mati.

Ia percaya Tuhan mengampuni orang yang bertobat. Tuhan menyediakan tempat yang baik baginya.

“Diamlah,” katanya kepada Ninik, anaknya yang menangis pada malam sebelum hukuman mati.

“Ninik kan sudah tahu ayah sudah pasrah. Ayah yakin Tuhan pasti sudah menyediakan tempat bagi ayah. Maafkanlah ayah,” kata Kusni Kasdut dengan yakin dan tenang.

Keyakinan dan ketenangan itu pastilah karena kepasrahannya pada Tuhan.

Itulah buah dari pendampingan Romo Tandya CM, seorang imam yang memenangkan jiwa seorang Kusni Kasdut.

Yesus memanggil Matius, seorang pemungut cukai yang dikucilkan sebagai orang berdosa.

Orang Farisi jelas-jelas berkata, “Mengapa Gurumu makan bersama-sama pemungut cukai dan orang berdosa?”

Yesus pun langsung menjawab, “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”

Yesus datang untuk menyelamatkan manusia. Mereka yang miskin, lemah, tersingkir, berdosa dan berbeban berat diperhatikan dan ditolong.

Justru mereka yang menderita lahir dan batin itulah yang didekati, disapa dan dirangkul oleh Tuhan.

Sebagai murid-murid-Nya marilah kita juga punya hati kepada mereka yang menderita.

Mari kita berbelas kasih kepada mereka yang tersingkir dan lemah. Di dalam diri merekalah Tuhan hadir secara nyata.

Menulis puisi di atas kertas,
Untuk kekasih yang tercinta.
Kasih Tuhan terus tiada batas,
Bagi mereka yang paling menderita.

Cawas, mengasihi yang lemah

RD A Joko Purwanto Pr

Editor:Vladimir Langgeng
Sumber: sesawi.net

Artikel Terkait