Lokovasia, Program Lokakarya Konservasi dan Inovasi Musik Tradisi Indonesia

13 November 2023, 09:05 WIB

SOLO,LOKAWARTA.COM-Program Lokakarya Konservasi dan Inovasi Musik Tradisi Indonesia (Lokovasia), sebagai salah satu program yang didukung Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi melalui Direkorat Perfilman, Musik dan Media, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek, bekerjasama dengan Yayasan Musik SJ, kini telah memasuki tahapan akhir yakni ‘Elaborasi dan Ekshibisi’ di Bali. Kegiatan ini akan dilaksanakan mulai 12 November, hingga puncak acara konser yang digelar 18 dan 19 November 2023.

Pada tahapan ‘elaborasi dan ekshibisi’, 12 hingga 19 November 2023 di Bali, merupakan tahap implementasi dan pengembangan dari diskusi konsep pada proses mentoring selama sebulan sebelumnya. Seluruh peserta akan menjalani beberapa rangkaian program acara, puncaknya adalah konser yang akan diselenggarakan pada 18 – 19 November di Art Centre, Taman Budaya Bali.

Direktur Perfilman, Musik, dan Media, Ditjen Kebudayaan Kemendikbudristek, Ahmad Mahendra menjelaskan, Lokovasia merupakan program yang dirancang guna mengimplementasikan empat rumusan konsep yakni :
1) Media stimulasi penjaringan, pemetaan serta pengembangan minat, bakat, dan kompetensi generasi muda Indonesia dalam spirit gerakan pelestarian hingga pengembangan musik tradisi Indonesia;
2) Lokomotif pergerakan konservasi musik tradisi dalam implementasi kritis dan progresif. Arus pergerakannya didasarkan pada perspektif yang komprehensif serta semangat kreasi yang inovatif;
3) Ruang interaksi gagasan dan kreativitas penciptaan, pertunjukan, produksi, pengarsipan karya, hingga pengayaan literasi dengan mempertemukan talenta-talenta dari pelbagai latar belakang kebudayaan musik tradisi Indonesia yang beragam;
4) Katalisator penciptaan, penyajian, pengkajian, dan produksi karya-karya musik tradisi dalam format klasik hingga kontemporer melalui ajang publikasi karya berkelas.

Program Lokovasia mendapatkan antusiasme tinggi dari masyarakat Indonesia, berdasarkan data yang telah dihimpun, setidaknya tercatat 350 orang dan grup yang mendaftar sebagai peserta. Dari proses seleksi, akhirnya terjaring 81 orang peserta dari pelbagai daerah di Indonesia.

Di antaranya ada 10 grup musik, 3 komponis, 5 musisi dan 2 peneliti musik. Seluruh perserta kemudian diwajibkan untuk mengikuti proses mentoring intensif dari para pakar yang berkompeten di bidangnya. Mentoring merupakan intensifikasi dari program Lokovasia. Adapun komposisi para mentor yang terlibat dalam program Lokovasia di antaranya adalah Otto Sidharta, I Nyoman Windha, Dwiki Dharmawan, Dieter Mack, Singgih Sanjaya dan Peni Candra Rini.

Kegiatan mentoring berjalan selama kurang lebih 1 bulan, dimulai dari 8 Oktober hingga 9 November 2023. Proses mentoring dilakukan secara daring, dikarenakan komposisi peserta yang tersebar di pelbagai wilayah di Indonesia. Kendati, media daring memiliki banyak kekurangan, namun sejauh ini masih dinilai cukup efektif, serta tidak menghilangkan keintiman dalam membangun ruang diskusi yang kritis dan dialektis.

Setyawan Jayantoro, konseptor program & ketua panitia, menerangkan pada awalnya, proses mentoring dilakukan secara terpisah, berdasarkan katagori/klaster peserta. Para peserta dengan kategori komponis mendapatkan mentoring dalam ranah kekaryaan, baik ide, gagasan, konsep, teknik, metode dan moda pengembangan artistik lainnya.

Peserta komponis dalam hal ini ditantang untuk melakukan penguatan pada ide penciptaan yang berbasis pada musik tradisi Indonesia yang melimpah dan beragam. Sehingga, keberadaan instrumen dengan beragam karakteristik bisa lebih tergali, serta terdorong untuk mampu dalam memanfaatkan materi penciptaan yang berbasis tradisi

Sementara, para peserta dengan kategori grup dan musisi, juga mendapatkan mentoring, baik dalam ranah karya serta pengembangan permainan instrumen tradisi. Perserta kategori musisi dan grup yang terpilih dalam program Lokovasia terdiri atas pelbagai latar belakang kebudayaan di Indonesia.

Dengan demikian, proses mentoring menjadi ruang interaksi yang sangat dinamis, cair, dan dialektis antar seniman dari latar belakang budaya yang berbeda. Masing-masing grup dan musisi akan saling memahami karakteristik musik yang dimainkan oleh peserta lainnya. Sama halnya seperti komponis, peserta grup dan musisi juga ditantang untuk dapat menampilkan sebuah repertoar komposisi musik yang bersifat kolaboratif, dan inovatif.

“Pada pertengahan proses mentoring, seluruh peserta dari seluruh kategori diberi kesempatan untuk saling membuka dialog satu sama lain. Tiap peserta dari kategori yang berbeda, kemudian menjadi saling terkait satu sama lain. Beberapa di antaranya ada yang telah berkolaborasi merancang komposisi bersama, sementara yang lain juga semakin intens dalam membangun diskusi kekaryaan bersama,” kata Setyawan Jayantoro yang juga dosen ISI Yogyakarta ini.

Di sisi lain, peserta yang tergabung dalam kategori peneliti musik juga memiliki tanggung jawab dalam meliterasikan seluruh aktivitas diskusi, dialog konseptual, proses kreatif, catatan mentoring, serta hal-ihwal yang signifikan dalam program Lokovasia. Alih-alih hanya menjadi juru tulis saja, namun peneliti juga ditantang untuk mampu menganalisis peluang-peluang, dan pembacaan kritis atas karya-karya tersebut. Keberadaan peneliti dalam ruang ini juga melandasi semangat intelektual, dalam meliterasikan gerakan inovatif mereka.

Ihwal inilah yang menarik dari progam Lokovasia, proses ini membuka ruang dialog kritis yang berkesinambungan, memunculkan interaksi-interaksi yang progresif, serta memungkinkan untuk membuka peluang-peluang ruang kreatif baru. Harapannya program ini mampu memunculkan perspektif dan paradigma baru dalam memahami musik tradisi.

Sebab, sejauh ini musik tradisi selalu dipahami melalui dua perspektif yang dikotomis, antara konservasi kontra inovasi. Dua hal ini selalu dibenturkan, seakan-akan tidak ada titik temunya. Seolah-olah kalangan konservatif selalu menolak langkah-langkah inovasi yang dianggap merusak ‘pakem’, serta menganggap liyan sebagai wahana pelarian karena tak mampu bermain klasik, begitupun sebaliknya, menganggap kalangan konservasi tak punya kemampuan untuk mengembangkan tradisi.

“Diskusi ini tentu saja membawa kita pada pembahasan yang kontraproduktif jika tidak kita sikapi secara kritis. Lokovasia dalam hal ini hendak mempertemukan semangat konservasi dan inovasi menjadi satu dinamika pergerakan yang integral. Semua berbasis pada penguatan tradisi yang intensif, kemudian mendorong lahirnya gerakan konservasi yang dinamis. Pertemuan ini adalah stimulasi yang utuh, karena berbicara pelestarian maka harus ada siasat pengembangannya,” pungkasnya.(*)

Editor:Vladimir Langgeng
Sumber:

Artikel Terkait