Membangun Sistem Usaha, Antara Konsultan dan Coach

19 Desember 2022, 09:38 WIB

KEMAJUAN sebuah usaha / bisnis, menjadi harapan pemilik dan manajemen sebuah usaha. Baik berkembang secara teknologi, sistem, keuangan, cabang dan lainnya.

Perusahaan banyak yang mempercayakan kepada tim. Baik internal ataupun eksternal, atau paduan keduanya.

Tim eksternal dapat berbentuk konsultan, coach. Kadang perlu hal khusus yang baru, bersama trainer. Sedang internal dapat membentuk tim development yang bersifat permanen atau juga adhock.

Ada industrial engineering, productivity & system, dll. Saat membangun sebuah perubahan mengacu pada perubahan sistem. Ada pilihan sekurang2nya dengan dua model.

Membangun sistem perusahaan yang akan berkembang, biasanya dengan 2 pola pilihan :

  1. Total Revolusi, tentu lebih cepat, biaya lebih berasa, resiko lebih menantang.
  2. Lembut, merambat, pasti, penuh adaptasi. Waktu cenderung lebih lama, biaya fleksibel, resiko lebih mudah dikontrol, kadang tidak terasa adanya perubahan.

Dan bagi owner atau pun top manajemen, memiliki hak untuk memilih mana yang paling pas. Tiap konsultan akan memiliki kepiwaian berdasar masing-masing pengalaman / portofolio di berbagai ragam perusahaan sebelumnya.

Bersyukur jika perusahaan mendapatkan konsultan dengan pengalaman yang lebih luas, lebih banyak ragam pengalaman pada insdustri berbeda. Terapan yang dibawa jauh akan memiliki power pada banyak sisi.

Agak berbeda dengan coach, akan lebih dalam bertanya dan menggali ide manajemen / owner perusahaan sehingga keluar ide-ide yang sebelumnya belum pernah muncul.

Seni bertanya seorang coach merupakan kunci dalam keberhasilan. Dan disini memang bedanya perusahaan, saat menggunakan jasa konsultan dan coach.

Bagi seorang konsultan, akan lebih banyak memberikan tip, model, cara dll terkait operasional dan strategic. Hal baru dan akan diterapkan dalam perusahaan.

Sedang coach akan bertanya dan menggali ide dari owner dan manajemen. Sehingga seorang coach, bisa saja tanpa adanya suatu pengalaman similar dalam usaha/bisnis tersebut.

Bagaimana dengan konsultan? Akan lebih banyak menempel dan masuk dalam proses pembuatan sebuah sistem. Sehingga dapat terjadi proses, perlu adanya trainer, untuk sinergikan pengetahuan klien dengan konsultan.

Seorang konsultan, dapat dianggap tidak mampu atau tidak menguasai persoalan, hanya karena ada hal baru yang disuguhkan belum difahami atau bahkan belum sedikitpun ada dalam lintas fikiran klien.

Ide bisa saja terlalu jauh kedepan, yang perlu jembatan untuk koneksikan dengan fikiran partner/klien. Dan suatu ketika, akan disadari, difahami, sebenarnya itulah ramuan dan jurus yang dibutuhkan, setelah jembatan itu terbangun.

Tugas konsultan, salah satunya membangun jembatan, agar lebih mudah difahami, dimengerti dan akhirnya diterima. Yang kadang diperlukan trainer, untuk mensinergikan.

Kadang perlu upaya sesekali berlari balik ke belakang, untuk samakan ritme, dimana jembatan itu dimulai. Dan ini, teknik kesabaran, kadang membangun jembatan pemahaman adalah tantangan baru. Yang akan berbeda tiap anggota tim atau personelnya.

Pertanyaan saya, mana yang lebih cocok untuk usaha Anda? mengundang konsultan, coach atau trainer?

Yant Subiyanto, Cuat Consulting.

Editor:Vladimir Langgeng
Sumber:

Artikel Terkait