SEWAKTU masih kecil, usia taman kanak-kanak, aku sering ke Umbul Besuki yang dulu sering disebut Mbulsuki oleh warga sekitar. Lokasi di Desa Ponggok Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten, tak jauh dari tempatku sekolah di TK Pertiwi Desa Dalangan Kecamatan Tulung.
Namun kepergianku ke Mbulsuki yang diajak saudara sepupu, Mas Joko, anaknya Pakde Amat Kamijo itu bukan untuk mandi membersihkan badan, tapi untuk ngguyang kebo atau memandikan kerbau, sehabis untuk membajak sawah, baik ngluku atau nggaru.
Bagiku, yang saat itu masih sekitar 5 tahun, tentu saja menyenangkan, meski harus berjalan sekitar dua kilo meter dari rumah sampai ke umbul, tentu saja nyambangi kerbau terlebih dulu, yang digunakan untuk membajak sawah.
Malah kadang diajak dan ikut atau melihat pembajakan itu. Sesekali naik / menunggang di atas punggung kerbau. Sebuah pengalaman yang tidak mungkin terulang sampai anak cucu lantaran peran / fungsi kerbau untuk membajak sawah sudah diganti mesin / traktor.
Sewaktu memandikan kerbau atau ngguyang kebo, tentu ikut nyebur ke umbul. Ikut membersihkan kerbau yang kotor dan penuh bletok setelah berkubang di lumpur, di sawah. Meski ikut nyebur, tapi tidak begitu bahaya karena umbulnya tidak dalam alias cetek.
Setelah kerbau bersih dan sebelum pulang, aku dan mas Joko membersihkan diri, mandi. Mandi setelah kerbau di bawa ke daratan dan airnya kembali bersih setelah kotoran yang ada terbawa arus. Tapi setelah sampai di rumah tetap saja mandi pakai sabun, keramas, dan bilasan.
Setelah lebih dari 40 tahun Mbulsuki atau Umbul Besuki tidak lagi untuk ngguyang kebo dan perairan untuk sawah-sawah sekitar, tapi untuk ngguyang manusia tempat mandi manusia, destinasi wisata dan irigasi.
Revitalisasi Umbul Besuki dilakukan setelah BUMDES / Pemerintah Desa Ponggok sukses merevitalisasi Umbul Ponggok menjadi wisat air yang cukup masyur, tidak hanya di level lokal / regional tapi juga nasional hingga menyita perhatian pemerintah pusat.
Revitalisasi Umbul Besuki dilakukan BUMDES / Pemerintah Desa Ponggok adalah sebuah terobosan setelah Umbul Ponggok penuh pengunjung, terutama di hari Sabtu dan Minggu serta hari libur.
Dalam perjalanannnya, Umbul Besuki yang jaraknya hanya sekitar 2 km dari Umbul Ponggok tidak kalah ramai, bahkan pada hari-hari tertentu mengalahkan tingkat kunjungan di Umbul Ponggok.
Itu terjadi lantaran Umbul Besuki yang lebih luas lahannya lebih aman, nyaman, dan menyenangkan sebagai destinasi wisata air bagi pengunjung. Selain mempercantik umbul utama yang kini cukup dalam, BUMDES sebagai pengelola juga membuat beberapa umbul buatan / kolam renang berbagai ukuran untuk mandi, ciblon, atau keceh bagi anak hingga orang tua.
Di lokasi yang rimbun dan penuh tanaman itu, pihak pengelola juga membuat beberapa gasebo sebagai ruang tunggu. Untuk kebutuhan makan, tak perlu jauh-jauh atau repot-repot, karena di situ terdapat beberpa kuliner, baik makanan berat atau ringan (gorengan) serta berbagai macam minuman, sehingga tinggal pesan saja.
Bagi saya, Umbul Besuki tidak hanya sebagai destinasi wisata yang menyenangkan untuk dikunjungi, tapi juga menyimpan banyak memori, masa lalu yang menyenangkan untuk dikenang. Sudah lima kali aku berwisata di situ bersama keluarga atau kolega dan tidak pernah bosan. Usai berwisata, kadang mampir nengok “kampung halaman” untuk bertemu saudara atau sekedar menyapa teman kecil.
Jika bertemu kolega jauh yang ingin berwisata alam atau wisata air, apakah itu dari Jakarta, Surabaya, Semarang, atau Solo, aku merekomendasikan Umbul Besuki sebagai tujuan wisata.(*)
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : |