JOGJA,LOKAWARTA.COM-Timbunan sampah di wilayah Jogja kian tahun semakin menjadi. Sebelumnya 1.133 ton di 2021 menjadi 1.231 di 2023, itu dibarengi konsumsi masyarakat yang meningkat. Belum lagi TPA Piyungan yang saat ini tutup sehingga makin menambah tumpukan sampah yang berserakan di sudut-sudut jalan Kota Yogyakarta.
“Semenjak TPA Piyungan tutup, sampahnya semakin tidak terkontrol, masyarakat banyak membuang sampah di jalan-jalan. Yang sebelumnya bukan tempat pembuangan sampah sekarang jadi tempat pembuangan sampah seperti di perempatan jalan,” ucap Ferri salah satu penggiat lingkungan Yogyakarta.
Di sisi lain residu sludge susu dari perusahaan susu saat ini belum terkelola dengan baik, sehingga perlu ada upaya preventif yang berkelanjutan.
Beruntung, Gita Pertiwi menangkap hal tersebut sebagai sebuah peluang sirkular ekonomi bagi masyarakat. Gita Pertiwi berkolaborasi dengan perusahaan susu menggandeng Kandang Maggot Jogja (KMJ) untuk memanfaatkan residu sludge sebagai campuran pakan maggot.
Selain residu sludge, pakan maggot juga memanfaatkan campuran sampah organik rumah tangga masyarakat sekitar, sampah hotel, resto, rumah sakit, dan beberapa distributor pangan. Pemanfaatan sampah organik tersebut salah satu upaya untuk mengurangi penumpukan sampah berlebih di TPA, karena sampah organik itu dapat merusak lingukungan.
“Kita ambil sampah organik dapur dari beberapa tempat, yakni sampah rumah tangga, rumah sakit, dan juga dari resto,” jelas Marwan pengelola KMJ. Total sampah organik yang sudah terkelola di KMJ pun lebih dari 17 ton.
Marwan mengatakan, untuk pakan maggot KMJ menggunakan perbandingan 60% sampah organik dapur dan 40% residu sludge susu. Selain hemat biaya hasil dari maggot juga lumayan untuk tambahan pendapatan. “Harga maggot kini naik terus, malah sekarang stok di KMJ kurang karena permintaan makin banyak,” ucap Marwan sambil meengaduk maggot.
Dalam 1 siklus budidaya maggot, KMJ dapat memproduksi hingga 20 kg maggot dan 3 kg kasgot per-biopon dengan sampah terkelola lebih dari 80 kg sampah organik. KMJ memiliki 33 biopon yang aktif digunakan untuk budidaya maggot dan 2 biopon untuk tempat migrasi. Harga maggot pun sangat menarik berkisar Rp. 7.000-10.000 perkilo.
Marwan mengatakan maggot dan kasgot memiliki banyak keguanaan dalam dunia pertanian. Maggot banyak digunakan untuk pakan ternak seperti lele unggas, bahkan konsumsi masyarakat. Katanya, ternak yang diberi makan maggot memiliki tumbuh kembang yang lebih cepat. Sedangkan kasgot bagus untuk pupuk tanaman.
Kasgot itu berhasil di aplikasikan pada beberapa tanaman di KWT Ngremboko salah satu binaan Gita Pertiwi di Jogja. Menariknya tanaman yang dipupuk dengan kasgot dapat tumbuh subur dengan hasil buah yang bagus. Sadiran sebagai pengelola KWT Ngremboko sudah membuktikan sendiri dengan kasgot tanaman lebih subur dan dapat menghemat pengeluaran saprodi.(*)
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : | Gita Pertiwi |