Puncta 24.3.24
BEBERAPA kali terjadi pada perayaan Minggu Palma, Romo dengan kasula merah disuruh naik kuda dan diarak di jalanan. Umat berjalan di belakangnya sambil melambaikan daun palma dan menyanyikan lagu Hosana Putra Daud.
Pilihan naik kuda sebenarnya tidak cocok dengan Kitab Suci dan nilai teologisnya. Yesus masuk Yerusalem tidak naik kuda, tetapi keledai muda.
Kuda adalah lambang keprajuritan, kendaraan tentara bersenjata perang. Keledai adalah binatang pembawa beban, penolong setia untuk mengangkat barang-barang.
Tidak perlu meniru untuk memaksakan sesuatu yang tidak tepat dan jauh dari nilai-nilai yang mau disampaikan. Jangan hanya demi menariknya sebuah entertainment kesakralan liturgi lalu dikesampingkan.
Jangan-jangan malah romonya yang pengin sensasi, cari popularitas, biar viral dan dielu-elukan.
Memang Yesus masuk ke Yerusalem sebagai Raja. Ia menggenapi nubuat Zakharia: “Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda.”
Raja macam apa yang dihidupi oleh Yesus ini sehingga Ia tidak naik kuda, tetapi naik keledai muda?
Jawabannya ada dalam penjelasan Paulus kepada umat di Filipi. Paulus berkata: “Walaupun dalam rupa Allah, Ia tidak menganggap kesetaraannya dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia.”
Raja yang mengosongkan diri menjadi manusia biasa bahkan mengambil rupa seorang hamba itulah yang dihayati Yesus. Raja yang siap menanggung sengsara dan derita demi keselamatan umat manusia, itulah yang akan segera terjadi pada pekan suci ini.
Hari ini Dia dielu-elukan, tidak lama lagi Dia diadili dan dihukum salib paling hina. Yesus menanggung beban dosa umat manusia.
Yesus adalah Allah yang hadir sebagai manusia yang menderita. Dia adalah raja yang menyelamatkan bukan dengan perang melainkan dengan pengorbanan.
Dia adalah raja bukan dengan gaya militeristik, tetapi hamba yang membawa beban dosa manusia.
Kewibawaan Yesus bukan pada kekuatan senjata, tetapi kerendahan hati dan kelemah-lembutan-Nya sebagai hamba yang setia.
Justru dalam ketaatan-Nya menanggung derita salib itulah Yesus membawa keselamatan bagi manusia dan alam semesta.
Malam terang menangkap anai-anai,
Berebut cepat dengan burung murai.
Masuk ke Yerusalem naik keledai,
Yesus Kristus Raja pembawa damai.
Cawas, terpujilah Sang Raja Damai
Alexander Joko Purwanto Pr
Editor | : | Vladimir Langgeng |
---|---|---|
Sumber | : | sesawi.net |