SUATU hari Nasrudin dan anaknya pergi ke pasar. Mereka membawa keledainya. Nasrudin menyuruh anaknya naik di atas keledai.
Di tengah jalan ada orang berkomentar, “Anak tak tahu sopan santun, bapaknya disuruh berjalan sedang dia enak-enak naik keledai. Anak tak tahu diri.”
Anak itu turun dan berkata, “Sudah kubilang, ayah saja yang naik keledai, biar aku yang berjalan.”
Nasrudin ganti yang naik keledainya.
Belum jauh berjalan, ada orang berkomentar, “Pantaskah orang tua ini membiarkan anaknya berjalan kaki? Bapak yang cari enaknya sendiri, tidak kasihan sama anaknya.”
Dengan kesal, Nasrudin menyuruh anaknya naik ke punggung keledainya juga.
Orang-orang di dekat pasar berseru, “Lihat orang yang tidak punya belaskasihan, keledai lemah seperti itu dinaiki dua orang. Sungguh tak punya rasa kasihan.”
Mereka turun lalu berjalan menuntun keledai.
Tak jauh dari situ orang-orang berkomentar, “Udara sangat panas, kalian hanya berjalan kaki, kenapa tidak dinaiki keledai itu?”
Nasrudin berkata kepada anaknya, “Demikianlah anakku, banyak orang hanya bisa mencela, mengolok dan berkomentar. Kita tidak mungkin memuaskan keinginan semua orang. Tetaplah maju berjalan.”
Yesus menggambarkan keadaan masyarakat waktu itu. Mereka itu seperti anak-anak yang berseru-seru di pasar. “Kami meniup seruling bagimu, tetapi kalian tidak menari. Kami menyanyikan kidung duka, tetapi kalian tidak berkabung.”
Yohanes Pembaptis datang, tidak makan dan tidak minum dianggap orang yang kerasukan setan. Sementara Yesus datang bergaul dengan pemungut cukai, makan dan minum dengan mereka, dibilang seorang pelahap dan peminum, sahabat orang-orang berdosa.
Apa pun komentar orang, jadilah dirimu sendiri, sebab bukan mereka yang menentukan nasib hidupmu. Ketika engkau berhasil mereka akan mendekatimu, tetapi saat engkau jatuh, mereka akan lari meninggalkanmu.
Ikutlah Yesus yang konsisten bertindak demi Kerajaan Allah, mewartakan kebenaran kendati ditolak dan ditinggalkan. Yesus berkata, “Hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya.”
Marilah kita terus konsisten berbuat demi kebenaran dan cintakasih. Pada akhirnya nanti akan ketahuan, apakah hikmat Allah sungguh-sungguh nyata melalui perbuatan-perbuatan kita itu.
Jangan mudah terpengaruh oleh omongan orang-orang yang suka merajuk, aleman, suka ngambek dan hanya cari muka. Orang-orang seperti itu tidak peduli dengan kita.
Dari Gombong naik kereta ke Bekasi,
Di Purwokerto beli pecel daun turi.
Orang sombong merasa benar sendiri,
Dia suka merajuk kalau tidak dituruti.
Cawas, tetap konsisten berjuang
Puncta 15.12.23
Alexander Joko Purwanto
Editor | : | Pilih Nama Editor |
---|---|---|
Sumber | : |