Pelajaran dari Cak Lontong

10 April 2023, 00:41 WIB

DALAM sebuah diskusi dengan Sujiwo Tejo, Cak Lontong meluruskan sebuah pepatah yang mengatakan, “Pengalaman adalah guru yang terbaik.”

Ia setuju dengan pepatah itu, tetapi ia lebih menajamkan lagi istilahnya. Menurut Cak Lontong istilah itu kurang tepat.

Benar bahwa pengalaman adalah guru terbaik. Tetapi yang terbaik bukan cuma pengalamannya. Pengalaman siapa pun atau pengalaman orang lain adalah guru yang terbaik.

Menurutnya, untuk menjadi lebih baik, kita tidak harus mengalami sendiri. Kita bisa belajar dari pengalaman orang lain. “Apakah sampeyan harus jatuh supaya bisa merasakan bahwa jatuh itu sakit?” tanya Cak Lontong.

“Tidak,” jawabnya sendiri.

Apakah orang harus jatuh dulu untuk merasakan bahwa jatuh itu sakit?
Orang tak perlu mengalami sendiri, tetapi melihat orang lain menjerit sakit karena jatuh membuat orang percaya bahwa jatuh itu sakit. Tidak perlu menjatuhkan diri supaya tahu bahwa jatuh itu sakit.

Simon Petrus dan murid yang lain diberitahu oleh Maria Magdalena bahwa makam kosong. Sangka Maria Magdalena, jenazah Yesus diambil orang dari kubur-Nya. Maka mereka berlari-lari bersama menuju makam.

Murid lain itu datang lebih dulu. Ia menjenguk ke dalam makam, tetapi tidak masuk. Simon datang kemudian, ia masuk ke dalam makam.

Ia melihat kain kafan dan kain peluh di tempat lain dan sudah tergulung. Lalu masuklah juga murid yang lain tadi.

Murid itu melihatnya dan percaya. Melihat apa?
Makam kosong.

Percaya apa? Percaya bahwa Yesus hidup. Yesus telah bangkit. Bukan makam kosongnya yang membuat murid itu percaya. Tetapi perlahan-lahan ia mulai mengerti isi Kitab Suci yang mengatakan bahwa Yesus harus bangkit dari antara orang mati.

Jadi tidak perlu melihat atau mengalami langsung peristiwa kebangkitan-Nya, murid yang lain itu sudah bisa memahami dan mengerti dari Kitab Suci bahwa Yesus harus bangkit dari kematian.

Makam kosong, jenazah Yesus tidak ada, kain kafan terletak di tanah, kain peluh ada di tempat lain dan sudah tergulung hanya data pendukung. Yang terpenting adalah mengerti dan memahami isi Kitab Suci bahwa Yesus bangkit dari antara orang mati.

Pikiran para murid sedikit demi sedikit dibimbing oleh Roh Allah melalui Kitab Suci. Roh itu pada akhirnya membawa para murid untuk mengerti apa yang telah terjadi di dalam makam kosong itu. Mereka sampai pada kesimpulan iman; untuk menjadi percaya, tidak perlu melihat.

Hal itu juga disampaikan Yesus kepada Tomas, “Karena telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.”

Kita tidak perlu mati dulu untuk mempercayai bahwa Yesus hidup kembali.

Cukup kita percaya dari Kitab Suci yang mewartakan bahwa Ia bangkit dan hidup.

Di tengah sawah yang terik kita menanam padi.
Diberi pupuk organik agar panenan jadi lebat.
Yesus yang pertama bangkit dari antara orang mati.
Dia yang kita percaya adalah Tuhan dan Penyelamat.

Cawas, Kristus Bangkit,…

Puncta 09.04.23
Alexander Joko Purwanto Pr

Editor:Vladimir Langgeng
Sumber:sesawi.net

Artikel Terkait