Pemanfaatan Media Sosial Pada Pergelaran Wayang Kulit

19 Januari 2022, 00:12 WIB

WAYANG adalah seni tradisional Indonesia yang berkembang, terutama di Jawa. Marina Puspitasari, 2008 menjelaskan, wayang berasal dari kata “Ma Hyang” yang artinya menuju kepada roh spiritual, dewa, atau Tuhan Yang Maha Esa.

Wayang adalah salah satu jenis kebudayaan Jawa yang telah ada dan dikenal masyarakat Jawa sejak ±1500 tahun yang lalu. Perkembangan wayang di awali masuknya agama Hindu di Jawa sehingga membawa pengaruh pada pertunjukan bayang-bayang, yang kemudian dikenal dengan pertunjukan wayang.

Dalam penyebaran agama Hindu di Jawa, para Brahmana menggunakan kitab Mahabarata dan Ramayana sehingga kedua kitab itu dikenal di kalangan masyarakat Jawa. Pada zaman Hindu ini seni pewayangan semakin populer terutama dengan disalinya ke dalam bahasa Jawa Kuno.

Untuk dapat memahami cerita wayang (lakon), penonton harus memiliki pengetahuan akan tokoh-tokoh wayang. Secara umum wayang mengambil cerita dari naskah Mahabharata dan Ramayana, tetapi tak dibatasi hanya dengan pakem (standard) tersebut, ki dalang bisa juga memainkan lakon carangan (gubahan).

Pertunjukan wayang kulit telah diakui UNESCO pada 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan di bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity). Wayang kulit lebih populer di Jawa bagian tengah dan timur, sedang wayang golek lebih sering dimainkan di Jawa Barat.

Pertunjukan wayang khususnya wayang kulit banyak dinikmati oleh masyarakat luas.Terbukti di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Solo sering mengadakan pentas pergelaran wayang kulit yang selalu disambut baik oleh masyarakat daerah sekitar. Bahkan bisa dibuktikan dengan ratusan penonton yang hadir dalam pergelaran tersebut.

Pandemi covid-19 ini sangat berdampak pada semua aspek, seperti halnya pergeseran pola hidup dimana sekarang semua kegiatan dibatasi, dan memaksimalkan adanya perkembangan teknologi atau disebut serba online. Adanya perkembangan teknologi seperti platfom Youtube, Facebook, dan Instagram sangat membantu SDM kita dalam bersosial dan menunjukan eksistensi bagi mereka-mereka para seniman yang terdampak tidak bisa show atau pentas secara live dilihat secara langsung oleh masyarakat.

Adanya platfom media sosial tersebut dapat membantu eksistensi wayang yang saat ini belum sepenuhnya dipentaskan secara langsung,tetapi masih bisa dinikmati secara live streaming sehingga para penonton pun bisa mengakses dengan media tersebut. Banyak channel dan saluran youtube yang menampilkan siaran live streaming wayang, ditambah sekarang ini banyak dalang ternama yang memiliki platfom youtube pribadi untuk mewadahi penggemar dan sekaligus penonton wayang dengan lewat live streaming.

Perkembangan ini merujuk adanya mediatisasi sebuah proses sosial di mana masyarakat dicekoki dan dijenuhkan oleh media hingga media menjadi tidak bisa lagi dipisahkan dalam suatu masyarakat. Mediatisasi adalah cara memahami perubahan budaya dan sosial jangka panjang setelah komunikasi yang dimediasi yang sedang berlangsung. Seperti yang dikatakan Hjarvard (2014: 125).

Dengan adanya Mediatisasi wayang sudah mampu berkembang dengan mengikuti trend atau proses penyesuaian, dari pertunjukan format semalam suntuk,dan menggunakan waktu yang cukup panjang yaitu sekitar 8 jam, sekarang bisa dinikmati di platfom medsos seperti youtube dan dengan durasi yang lebih singkat. Ini menunjukan bahwa budaya lokal bisa berbaur dengan kondisi atau era sekarang yang serba digital dan instan.

Saran yang bisa disampaikan yaitu bagaimana masyarakat tetap menjaga dan melestarikan perkembangan wayang di tengah tengah arus globalisasi dunia yang menuntut kita berkembang dan maju, tanpa meninggalkan kebudayaan yang kita miliki, khususnya seni wayang kulit.(Amar Pradopo Zedha Bevianto, dalang dan mahasiswa komunikasi UMS Surakarta)

Editor : Vladimir Langgeng
Sumber :

Artikel Terkait