Pembelajaran Tatap Muka, Kak Seto : Pelajarannya Jangan Berat-Berat

21 Desember 2021, 05:37 WIB

LOKAWARTA.COM,SOLO-Psikolog Anak Dr Seto Mulyadi mengingatkan para guru dan sekolah untuk tidak membebani anak-anak dengan pelajaran yang berat-berat pada pembelajaran tatap muka (PTM) yang akan dimulai awal Januari tahun depan usai libur semesteran.

Menurut Kak Seto, begitu dia akrab disapa, selama pembelajaran di rumah melalui daring dalam situasi pandemi seperti sekarang ini, secara psikologi anak-anak sudah terbebani. Secara mental anak-anak juga telah mengalami kejenuhan dengan model pembelajaran jarak jauh.

“Makanya, pelajaran yang diberikan yang ringan-ringan saja. Sekarang ini dalam kondisi darurat, maka kurikulum yang diberikan ya harus menyesuikan. Jangan anak menyesuaikan kurikulum, tapi kurikulum menyesuikan anak,” kata Seto Mulyadi.

Hal itu disampaikan dalam “Dialog Produktif Inspirasi” di Media Center KPCPEN, Senin (20/12/2021) bertema “Vaksinasi Aman Untuk Anak”.

Dialog juga menghadirkan nara sumber Plt Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI dokter Maxi Rein Rondonuwu dan Prof. Dr. Sri Rezeki Hadinegoro selaku Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization.

Plt Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, pelaksanaan vaksin untuk anak telah dimulai dari wilayah dengan cakupan vaksinasi dosis pertama di atas 70% dan vaksinasi lansia di atas 60%.

Kick off dilakukan di 115 kabupaten/kota, dan akan terus bertambah. “Pelaksanaan vaksin untuk anak 6-11 tahun berjalan lancar, aman, dan peminatnya makin lama makin banyak,” papar Maxi.

Berdasarkan pantauan pada seminggu terakhir, kata Maxi, sudah lebih dari 500 ribu anak yang tervaksinasi. “Sasaran 26,5 juta masih jauh. Namun ini baru minggu pertama dan peminatnya makin banyak, diharapkan akan berjalan lancar ke depannya,” ujar Maxi.

Maxi menambahkan pentingnya orang tua memahami tujuan vaksinasi untuk mencegah masuknya virus. “Banyak penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Bila sakit bisa dicegah otomatis maka hal ini cegah angka kematian.”

Menurut dia, vaksinasi anak sekolah, maka saat dia pulang ke rumah, maka aman, terutama jika ada kakek nenek di rumah. “Apalagi saat ini sudah ada pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas, jadi lebih baik anak-anak divaksinasi,” beber Maxi.

Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization Prof. Dr. Sri Rezeki Hadinegoro menjelaskan, kenapa anak-anak perlu diberikan vaksin COVID-19.

“Kalau kita lihat, anak-anak usia 6-11 tahun kalau kena Covid cenderung ringan atau tanpa gejala. Namun Covid juga bisa menyebabkan gejala berat dan harus dirawat terutama anak dengan komorbid, misalnya penyakit jantung bawaan, diabetes dan asma,” ujarnya.

Sri menambahkan, meski gejala klinis Covid-19 pada anak ringan, namun anak-anak ini tetap bisa menularkan virus ke orang-orang sekitar, termasuk kepada anggota keluarga lansia.

“Jadi vaksinasi pada anak ada keuntungan untuk diri sendiri dan orang lain. Apalagi anak-anak bersiap PTM, maka vaksinasi perlu dilakukan. Anak-anak ini harus imun supaya tidak tular-menular,” ujarnya.

Editor:Nathanael Timur
Sumber:

Artikel Terkait